- Advertisement -
BOJONEGORO – Banyak produk kerajinan Bojonegoro diminati pasar luar negeri. Bahkan, sejumlah item memiliki pangsa pasar sendiri. Namun, komoditas ekspor tidak bisa maksimal. Salah satu penyebabnya, sejumlah kendala perihal ekspor masih ditemui di Bojonegoro.
“Salah satunya banyak pengusaha yang belum terdaftar pada keanggotaan organisasi internasional,” kata Kabag Perekonomian Bojonegoro, Rahmad Junaidi senin (13/11).
Rahmad mengatakan, meski terkesan sepele dengan mencatatkan diri di organisasi internasional, terutama pada ranah perdagangan, sangat mempermudah pergerakan ekspor barang. Di kota lain, banyak pengusaha yang menggunakan cara tersebut sebagai strategi ekspor. Karena itu, dia berharap pengusaha-pengusaha kerajinan sudah memiliki pangsa pasar di luar negeri, harusnya bisa dimaksimalkan dengan melakukan strategi tersebut.
Dari data yang dia miliki, pertumbuhan ekonomi non migas di Bojonegoro, pada 2016 sebesar 5,9 persen. Jumlah itu meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 5,7 persen. Dari grafik tersebut, kata dia, ekonomi non migas memang bergerak ke arah positif. Sayangnya, potensi ekonomi bidang ekspor Bojonegoro belum bisa dimaksimalkan.
“Selain banyak belum terdaftar, ketersediaan bahan baku juga menjadi masalah bagi para pengusaha,” imbuhnya.
BOJONEGORO – Banyak produk kerajinan Bojonegoro diminati pasar luar negeri. Bahkan, sejumlah item memiliki pangsa pasar sendiri. Namun, komoditas ekspor tidak bisa maksimal. Salah satu penyebabnya, sejumlah kendala perihal ekspor masih ditemui di Bojonegoro.
“Salah satunya banyak pengusaha yang belum terdaftar pada keanggotaan organisasi internasional,” kata Kabag Perekonomian Bojonegoro, Rahmad Junaidi senin (13/11).
Rahmad mengatakan, meski terkesan sepele dengan mencatatkan diri di organisasi internasional, terutama pada ranah perdagangan, sangat mempermudah pergerakan ekspor barang. Di kota lain, banyak pengusaha yang menggunakan cara tersebut sebagai strategi ekspor. Karena itu, dia berharap pengusaha-pengusaha kerajinan sudah memiliki pangsa pasar di luar negeri, harusnya bisa dimaksimalkan dengan melakukan strategi tersebut.
Dari data yang dia miliki, pertumbuhan ekonomi non migas di Bojonegoro, pada 2016 sebesar 5,9 persen. Jumlah itu meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 5,7 persen. Dari grafik tersebut, kata dia, ekonomi non migas memang bergerak ke arah positif. Sayangnya, potensi ekonomi bidang ekspor Bojonegoro belum bisa dimaksimalkan.
“Selain banyak belum terdaftar, ketersediaan bahan baku juga menjadi masalah bagi para pengusaha,” imbuhnya.