Radar Bojonegoro – Kuota subsidi asuransi ternak sapi di Kabupaten Bojonegoro dibatasi. Hanya sekitar 280 ekor sapi. Namun, akibat beberapa kota/kabupaten di Jawa Timur tidak mengakses asuransi tersebut, Bojonegoro mendapat tambahan dengan total alokasi 611 ekor.
Kabid Agribisnis Peternakan Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Bojonegoro Wiwik Sulistyo mengatakan, kuota asuransi ternak sapi dibatasi dari pusat. Dari kuota asuransi se Indonesia sekitar 120.000 sapi, Jatim menerima 15 ribu ekor.
Wiwik mengatakan, sejak kali pertama terdapat subsidi asuransi pada 2016, hingga kini 1.653 ekor sapi sudah mengakses. Hanya, sapi betina yang berhak mendapatkan subsidi asuransi. Sedangkan, sapi jantan tidak berhak.
“Untuk sapi jantan tidak ada subsidi, dilakukan secara mandiri, dan tidak ada kuota,” ujar Wiwik. Asuransi ternak sapi untuk perlindungan bentuk ganti rugi pada peternak ketika terjadi kematian. Mulai karena penyakit, kecelakaan atau hilang akibat pencurian. Sehingga, peternak bisa meneruskan usahanya. Ganti rugi asuransi subsidi sekitar Rp 10 juta.
“Juga untuk menjaga populasi ternak. Jadi setelah mendapat asuransi masih bisa beli lagi. Jadi tidak ikut asuransi ada risiko kerugian lebih tinggi,” ujarnya. Namun, kesadaran mengajak peternak ikut asuransi sapi ini masih sulit. Kabid Kesehatan Hewan Disnakkan Sugiharti Sri Rahayu mengatakan, tingkat kematian ternak sedikit. Tidak ada penyakit membahayakan ternak di Bojonegoro, misalnya antraks.
“Bojonegoro, Jawa Timur aman bebas antraks. Kebanyakan wilayah Jawa Tengah terdapat antraks,” jelasnya. Sugiharti menjelaskan, kebanyakan sapi di Bojonegoro sakit karena keracunan makanan. Dan bisa ditangani cepat hingga tidak menyebabkan kematian.
“Karena telat diperiksa dan ditangani, akhirnya potong paksa karena tidak bisa diselamatkan. Bisa juga cedera karena kecelakaan,” jelasnya. Agen Eksekutif (AE) Agribisnis PT Jasa Asuransi Indonesia (Jasindo) Bojonegoro Sunarno mengatakan, berdasar aplikasi SIAP untuk AUTSK (khusus sapi betina program subsidi) tahun 2020 sekitar 625 ekor.
Sedangkan, asuransi mandiri hanya 40 ekor dan semuanya jantan. Menurut Narno, keikutsertaan peternak di Bojonegoro dalam asuransi sudah bagus. Bahkan melebihi target 400 ekor. Namun masih ada kandala dihadapi, seperti edukasi masih kurang. “Karena terbatasnya personel dari disnakan dan Jasindo,” ungkapnya. (irv)