Radar Bojonegoro – Penanganan 17 titik vertical garden tampaknya belum maksimal. Buktinya, sebagian tanamannya layu, kering, bahkan mati. Sehingga, dinas terkait harus mengevaluasi dan merawatnya lebih serius. Pembangunan vertical garden itu sejak 2019 lalu, setiap titiknya menelan anggaran sekitar Rp 140 hingga Rp 200 juta.
‘’Setiap saya lewat, melihat saat jalan-jalan itu, sepertinya banyak tanaman yang tanda kutip gagal ya. Bukannya, indah tapi justru terlihat kumuh,” kata salah satu pegiat tanaman dan pertamanan di Bojonegoro Kumaidi, kemarin (13/9).
Menurut dia, beberapa hal perlu dievaluasi. Mulai dari jenis tanaman, karena dinilai beberapa tanaman kurang cocok untuk vertical garden. Misalnya song of india dan asoka. ‘’Perlu mencari jenis tanaman yang tahan panas lainnya. Juga menyesuaikan dengan ukuran kantong dan medianya,” tambah pria tinggal Kecamatan Kota itu.
Dia menambahkan, media tanamnya dinilai masih kurang banyak. Kemudian kantongkantongnya sempit. Tidak sesuai dengan batang tanamannya. Karena akan percuma kalau tanamannya banyak tapi kantong dan medianya tidak memadai.
‘’Jadi lebih baik melihat kualitasnya. Artinya kantongnya diperbesar meski jumlah tanamannya (yang berada di dinding) sedikit,” sarannya. ‘’Ibaratnya semakin sedikit makanannya semakin sulit subur. Apalagi kalau kering, tanaman akan cepat mati,” lanjutnya.
Setelah tanam, instansi terkait harus serius melakukan perawatan, di antaranya penyiraman otomatis. Jangan sampai setelah ditanam, kemudian lepas dari pengawasan dan perawatan. ‘’Kelihatannya itu kan menggunakan pompa otomatis. Nah, mestinya harus sering dikontrol. Memastikan saat penyiraman, air mengalir merata ke seluruh tanaman atau tidak,” bebernya.
Kasi Pertamanan Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Cipta Karya (PKPCK) Bojonegoro Doni Agus Setiawan menuturkan, saat ini telah mulai dilakukan perbaikan dan pemeliaharaan pada seluruh titik vertical garden.
Sebab, usai evaluasi ada beberapa hal yang perlu dibenahi. ‘’Mulai dari tandon air, penyiraman dan penggantian tanaman,” katanya terpisah. Doni menuturkan, terkait tandon air, ada beberapa permasalahan. Mulai dari kebocoran, hingga pipa air tersumbat.
Sehingga saat ini seluruh titik vertical garden sedang dilakukan perbaikan pada tandon serta pipa air. ‘’Jadi dalam proses perbaikan ini kami sengaja mengeringkan air (di tandon). Sehingga tanaman tidak bisa disirami dan efeknya tanaman mati,” tegasnya.
Sementara untuk media tanam, Doni merasa tak ada kejanggalan. Sebaliknya, dianggap sudah sesuai rujukan media tanam vertical garden dari wilayah Jakarta dan Malang. Namun, yang menjadi permasalahan yakni jenis tanaman.
‘’Ada beberapa tanaman yang tidak cocok dengan cuaca panasnya Bojonegoro. Jadi lebih cepat mati. Tapi kami sudah mengevaluasi dan nantinya akan kami ganti dengan tanaman yang lebih cocok,” tandasnya.
Prinsipnya, tanaman pada vertical garden itu tetap akan dibentuk motif atau berpola. Meski hal itu juga telah dilakukan saat awal pembangunannya. Namun, karena sudah mengan tongi catatan evaluasi, pihaknya berharap kedepannya akan lebih bagus. ‘’Rencananya akhir bulan ini selesai, total semuanya. Dan bulan depan sudah bagus semua,” tukasnya.