26.3 C
Bojonegoro
Saturday, April 1, 2023

Bersyukur Miliki Orang Tua Guru Mapel IPA

- Advertisement -

Hisyam Najamudin menjadi salah satu wakil Indonesia di International Junior Science Olympiad (IJSO). Siswa SMPN 1 Lamongan ini bersama regunya berhasil meraih medali perunggu. 

HANYA enam pelajar asal Indonesia yang berhak mengikuti IJSO di Dubai, Uni Emirat Arab. Meski pelaksanaan olimpiade itu daring, Hisyam tetap bangga. Sebab, dia berkompetisi dengan pelajar-pelajar dari luar negeri. Apalagi, perjuangannya lolos ke kompetisi tersebut tidak mudah. 

Hisyam harus mengikuti Kompetisi Sains Nasional (KSN) 2020 lebih dulu. Tahapannya dimulai Oktober. Dari KSN ini, diambil enam peserta dengan nilai terbaik Se-Indonesia. Salah satunya Hisyam. 

Dia kemudian mendapatkan undangan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Hisyam diminta mengikuti program persiapan selama 2,5 bulan di Bandung dan Depok. Dia mengikuti pemusatan latihan itu  bersama rekan dari lintas provinsi yang juga menjadi perwakilan Indonesia. 

Mereka kemudian mengikuti IJSO secara daring yang diselenggarakan di Dubai, bulan lalu. 

- Advertisement -

Hisyam bersyukur  kedua orang tuanya guru mata pelajaran IPA. Dia bisa belajar setiap waktu kepada kedua orang tuanya tanpa mengeluarkan biaya untuk les. 

Pengalaman mengikuti beberapa olimpiade sangat membantunya dalam mempersiapkan diri menghadapi IJSO. Hisyam pernah mengikuti kompetisi bidang sains seperti Biology Environmental Smart Competition (BESC) Unair Surabaya, Physics Competition (Photon) kompetisi Fisika Unesa Surabaya, dan Smala Science and Linguistic Competition) SMA 5 Surabaya. 

Selama mengikuti IJSO, Hisyam berhasil mengerjakan soal pilihan ganda dan tes esai dengan baik. Dia mengalami kendala ketika praktikum. Waktu yang sangat terbatas dan prosedur praktikumnya yang cukup panjang membuatnya tidak bisa mengerjakan secara maksimal. “Sebenarnya kecewa karena saya merasa unggul di soal-soal tadi, tapi praktikum ini yang masih kurang,” terang putra pasangan Khamim dan Aliyah itu. 

Ada empat pratikum yang harus dikerjakan siswa asal Kelurahan Sukomulyo itu. Dua praktikum kimia, serta pratikum biologi dan  fisika. 

Hisyam yang tampil beregu bersama peserta asal Jawa Barat dan Pekanbaru, mendapatkan bagian tugas mengerjakan pratikum biologi. Mapel ini tentang pengujian golongan darah melalui antigen dan antibody. 

Jika antibodi dan antigen sesuai, maka dapat diamati terjadinya penggumpalan. Setelah itu, diidentifikasi golongan darah orang tua yang sesuai melalui persilangan tersebut. Hisyam tidak sempurna dalam menyelesaikan tugasnya. Dia dan rekannya gagal mendapatkan medali emas. 

Hisyam bersyukur mendapatkan pengalaman berlomba di ajang internasional. “Kalau olimpiade internasional baru ini. Sebelumnya hanya tingkat nasional, jadi harapannya bisa mengikuti kejuaraan internasional lagi selanjutnya,” harapnya. 

Suka dan duka pernah dialami Hisyam saat mengikuti olimpiade. Dia bercerita pernah terdaftar sebagai anggota tim peserta lomba secara online. Hisyam memilih menggunakan laptop. Ternyata ada kesalahan yang tidak disadarinya. Akibatnya, dia tidak bisa mengikuti lomba dan gugur.

Hisyam Najamudin menjadi salah satu wakil Indonesia di International Junior Science Olympiad (IJSO). Siswa SMPN 1 Lamongan ini bersama regunya berhasil meraih medali perunggu. 

HANYA enam pelajar asal Indonesia yang berhak mengikuti IJSO di Dubai, Uni Emirat Arab. Meski pelaksanaan olimpiade itu daring, Hisyam tetap bangga. Sebab, dia berkompetisi dengan pelajar-pelajar dari luar negeri. Apalagi, perjuangannya lolos ke kompetisi tersebut tidak mudah. 

Hisyam harus mengikuti Kompetisi Sains Nasional (KSN) 2020 lebih dulu. Tahapannya dimulai Oktober. Dari KSN ini, diambil enam peserta dengan nilai terbaik Se-Indonesia. Salah satunya Hisyam. 

Dia kemudian mendapatkan undangan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Hisyam diminta mengikuti program persiapan selama 2,5 bulan di Bandung dan Depok. Dia mengikuti pemusatan latihan itu  bersama rekan dari lintas provinsi yang juga menjadi perwakilan Indonesia. 

Mereka kemudian mengikuti IJSO secara daring yang diselenggarakan di Dubai, bulan lalu. 

- Advertisement -

Hisyam bersyukur  kedua orang tuanya guru mata pelajaran IPA. Dia bisa belajar setiap waktu kepada kedua orang tuanya tanpa mengeluarkan biaya untuk les. 

Pengalaman mengikuti beberapa olimpiade sangat membantunya dalam mempersiapkan diri menghadapi IJSO. Hisyam pernah mengikuti kompetisi bidang sains seperti Biology Environmental Smart Competition (BESC) Unair Surabaya, Physics Competition (Photon) kompetisi Fisika Unesa Surabaya, dan Smala Science and Linguistic Competition) SMA 5 Surabaya. 

Selama mengikuti IJSO, Hisyam berhasil mengerjakan soal pilihan ganda dan tes esai dengan baik. Dia mengalami kendala ketika praktikum. Waktu yang sangat terbatas dan prosedur praktikumnya yang cukup panjang membuatnya tidak bisa mengerjakan secara maksimal. “Sebenarnya kecewa karena saya merasa unggul di soal-soal tadi, tapi praktikum ini yang masih kurang,” terang putra pasangan Khamim dan Aliyah itu. 

Ada empat pratikum yang harus dikerjakan siswa asal Kelurahan Sukomulyo itu. Dua praktikum kimia, serta pratikum biologi dan  fisika. 

Hisyam yang tampil beregu bersama peserta asal Jawa Barat dan Pekanbaru, mendapatkan bagian tugas mengerjakan pratikum biologi. Mapel ini tentang pengujian golongan darah melalui antigen dan antibody. 

Jika antibodi dan antigen sesuai, maka dapat diamati terjadinya penggumpalan. Setelah itu, diidentifikasi golongan darah orang tua yang sesuai melalui persilangan tersebut. Hisyam tidak sempurna dalam menyelesaikan tugasnya. Dia dan rekannya gagal mendapatkan medali emas. 

Hisyam bersyukur mendapatkan pengalaman berlomba di ajang internasional. “Kalau olimpiade internasional baru ini. Sebelumnya hanya tingkat nasional, jadi harapannya bisa mengikuti kejuaraan internasional lagi selanjutnya,” harapnya. 

Suka dan duka pernah dialami Hisyam saat mengikuti olimpiade. Dia bercerita pernah terdaftar sebagai anggota tim peserta lomba secara online. Hisyam memilih menggunakan laptop. Ternyata ada kesalahan yang tidak disadarinya. Akibatnya, dia tidak bisa mengikuti lomba dan gugur.

Artikel Terkait

Most Read

Mudah Akrab

Sementara Terpilih 13 Atlet

12 Atlet Ditarget Dua Medali

Artikel Terbaru


/