LAMONGAN, Radar Lamongan – Mobilisasi jual beli hewan kurban jelang Hari Raya Idul Adha lalu cukup tinggi. Keluar – masuknya pembeli ke kandang cukup berisiko dalam membawa virus. Sehingga, perlu dilakukan upaya masif, agar kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) tidak semakin mewabah.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Lamongan Wahyudi memastikan, pihaknya melakukan pemeriksaan masif paska perayaan kurban. ‘’Kita akan melakukan pemeriksaaan ulang, untuk memastikan populasi sapi dan kambing di Lamongan aman,’’ tuturnya kepada Jawa Pos Radar Lamongan kemarin (12/7).
Dia menjelaskan, virus ini sifatnya zoonis tidak bisa menularkan ke manusia. Namun, terdapat faktor risiko dari orang. Yakni, pembeli yang sebelumnya berkunjung ke kandang ternak sakit, kemudian mengunjungi kandang lain tanpa skrining.
‘’Itu yang berisiko membawa virus,’’ imbuh Wahyudi.
Menurut dia, faktor risiko dari orang memang tidak dominan. Namun, diakuinya, tetap harus diwaspadai. Sebab, jumlah populasi yang terpapar kini sekitar 3 ribu lebih, dengan 2 ribu ternak sapi masih dalam kondisi sakit.
Meski begitu, Wahyudi mengklaim, penularan masih bisa dikendalikan. Meski risikonya tinggi, tapi rerata penularan setiap hari antara 10 hingga 15 kasus baru. Sedangkan, angka kesembuhannya masih kecil.
‘’Kalau angka kesembuhan masih harus ditingkatkan, tapi risiko kematian rendah,’’ katanya.
Wahyudi mengatakan, sejak awal ditemukan indikasi PMK di Lamongan. Secara kumulatif ada 25 kasus mati dan 28 potong paksa. Presentase ini bisa dibilang rendah jika dibandingkan temuan kasus tertular.
Risiko penularan dalam satu kandang atau kandang berdekatan sangat besar. Sehingga, perlu dilakukan karantina hingga hewan sembuh. Terkait temuan hewan yang terindikasi PMK selama kurban, Wahyudi mengaku belum ada laporan.
‘’Karena proses penyembelihan tidak bersamaan dan titiknya juga banyak. Sehingga petugas harus merekap laporan lebih dulu,’’ terangnya. (rka/ind)