BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Pencarian wanita pekerja seks (WPS) yang terinfeksi HIV agaknya masih sulit. Sebab, orang yang gemar bergonta-ganti pasangan ini rentan tertular HIV dari WPS.
Hingga kini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Bojonegoro terkendala keterbatasan akses menemukan WPS ataupun waria di Kota Ledre. ‘’Penderita HIV di Bojonegoro seperti gunung es. Yang baru terlihat hanya sedikit. Padahal kenyataannya seperti dasar gunung es,’’ kata Kepala Seksi (Kasi) Penyakit Menular Dinkes Whenny Dyah.
Dia mengatakan, walaupun pemerintah sudah melakukan tindakan penggerebekan, namun aktivitas malam di tempat hiburan malam masih berjalan.
Jika tidak ada tempat khusus, menurut dia, wanita panggilan tetap ada. Dengan jaringan komunikasi melalui media sosial. Whenny mengatakan, dalam pemetaan mengalami kesulitan. Hanya sedikit yang memproklamirkan diri sebagai WPS.
‘’Sejauh ini tidak bisa dibedakan antara ibu rumah tangga atau WPS. Di Bojonegoro kondisinya masih sembunyi-sembunyi,’’ ungkap dia.
Sementara, jika turun kelapangan dan memasang label dinkes, rerata akan menjauh dan tidak mau terbuka. Padahal, lanjut Whenny, hanya ingin menekan angka penularan virus HIV.
Dia menerangkan, siklus orang dengan positif HIV bisa melalui WPS atau waria. Kemudian pemakai jasa, lalu ditularkan dengan anak istri. Untuk itu, banyak temuan penderita HIV adalah orang-orang sudah menikah.
Namun, tidak dipungkiri penderita berada di usia produktif. Berkisar usia 25 tahun hingga 40 tahun.
Sementara itu, target tahun ini dapat menemukan 3.000 penderita positif HIV. Sementara sejauh ini baru menemukan 1.250 orang positif HIV. Dengan rincian, temuan baru dari Januari hingga Juli 2019 sebanyak 117 orang.
Whenny mengatakan, untuk menemukan orang positif HIV dengan latar pekerjaan WPS perlu mendapat dukungan semua pihak agar pencegahan penularan virus HIV dapat terwujud. Baik itu dari media maupun orang yang terlibat langsung. (cs/rij)