BRONDONG – Potensi wisata sejarah di Lamongan belum terlalu dilirik. Salah satunya, monumen Van Der Wijk di Kecamatan Brondong. Padahal, Van Der Wijk memiliki nilai sejarah besar. Bahkan, cerita Van Der Wijk pernah dibukukan dan difilmkan.
‘’Kita menggali sumber informasi sejarah Monumen Van Der Wijk dari nelayan setempat,’’ tutur Kabid Pariwisata Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disbudpar) Lamongan, Erdiana Renawati, kepada Jawa Pos Radar Lamongan kemarin (11/1).
Menurut cerita masyarakat sekitar, lanjut dia, tragedi tenggelamnya kapal Van Der Wijk berada di Kecamatan Brondong.
Dulu pernah dilakukan pencarian sisa – sisa kapal tersebut. Namun, pencarian itu tidak dilanjutkan.
‘’Untuk tahun ini belum ada rencana untuk melakukan hal itu lagi,’’ ujarnya.
Monumen Van Der Wijk bisa menjadi alternatif destinasi di kawasan pantura Lamongan.
Namun, diakuinya, potensi kunjungan di sana masih belum terlalu besar. ‘’Memang perlu tapi kita juga harus melihat dari tingkat kunjungannya juga,’’ imbuhnya.
Dina menjelaskan, tingkat kunjungan ke Monumen Van Der Wijk meningkat. Tahun 2016 tingkat pengunjung 367.814 orang.
Tahun lalu, jumlah pengunjungnya bertambah sekitar 730 orang. ‘’Dari data kita memang ada peningkatan jumlah pengunjungnya,’’ katanya.
Namun, tingkat kunjungan ke wisata tersebut belum pasti.
Alasannya, hitungan pengunjungnya masih jadi satu dengan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Brondong.
‘’Iya hitungan pengunjungnya masih jadi satu, karena memang letaknya di dalam TPI Brondong,’’ ujarnya.