31.6 C
Bojonegoro
Sunday, June 4, 2023

Potensi Berbanding Terbalik dengan Pengelolaan Wisata, Ini Penyebabnya

- Advertisement -

BOJONEGORO – Pemerintah desa harus lebih berani mengelola wisata desa. Terutama setelah wisata desa mulai ngetren, karena khasnya berupa destinasi alam. Setidaknya, pemerintah desa memiliki anggaran besar bisa mengarahkan sumber pengelolaan wisata. Sayangnya, masih banyak desa tidak percaya diri terhadap potensinya. 

Wakil Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Perkebunan Salak di Desa Wedi Nur Afandi mengatakan, luasnya persebaran kawasan, berbanding lurus dengan potensi alam.

Secara otomatis potensi wisata bisa dikembangkan. Sayangnya,  belum semua masyarakat desa paham besarnya potensi di desanya. 

‘’Kalaupun paham, tapi tidak percaya diri mulai berani mengelolanya,” katanya.

Menjadi tugas berat pemkab, kata dia, memunculkan keberanian desa-desa memaksimalkan potensi wisata.

- Advertisement -

Sekaligus, pembinaan serius terhadap masyarakatnya. Terutama bidang peningkatan sumber daya manusia (SDM).

Sebab, banyak desa memiliki potensi wisata. Namun, belum percaya diri dengan potensi yang ada.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Amir Syahid mengatakan, potensi wisata berbasis desa sebenarnya cukup banyak.

Alasannya, wilayah Kota Ledre ini tersusun banyak kawasan hutan dan perbukitan. Terutama kawasan bagian selatan. 

Hanya, kemauan mengoptimalkan potensi itu masih sangat lemah. Padahal, menurut dia, anggaran sudah ada di desa. 

Itu terjadi karena banyak masyarakat desa belum percaya diri mengelola tempat wisata. 

‘’Kita juga ajak studi banding ke desa-desa sudah berhasil duluan agar percaya diri mengelola wisata desa,” imbuhnya. 

Ada enam desa tercatat mengelola wisata desa. Yakni perkebunan belimbing di Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu; wisata bahari bengawan Desa Mojo, Kalitidu.

Bukit Tono Gondang, sumber air Grogolan Dander, Negeri Atas Angin, hingga salak Wedi Kapas. 

Dia mengklaim, masing-masing desa itu mampu mengembangkan tempat wisata desa dalam tempo tidak lebih dua tahun saja. 

BOJONEGORO – Pemerintah desa harus lebih berani mengelola wisata desa. Terutama setelah wisata desa mulai ngetren, karena khasnya berupa destinasi alam. Setidaknya, pemerintah desa memiliki anggaran besar bisa mengarahkan sumber pengelolaan wisata. Sayangnya, masih banyak desa tidak percaya diri terhadap potensinya. 

Wakil Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Perkebunan Salak di Desa Wedi Nur Afandi mengatakan, luasnya persebaran kawasan, berbanding lurus dengan potensi alam.

Secara otomatis potensi wisata bisa dikembangkan. Sayangnya,  belum semua masyarakat desa paham besarnya potensi di desanya. 

‘’Kalaupun paham, tapi tidak percaya diri mulai berani mengelolanya,” katanya.

Menjadi tugas berat pemkab, kata dia, memunculkan keberanian desa-desa memaksimalkan potensi wisata.

- Advertisement -

Sekaligus, pembinaan serius terhadap masyarakatnya. Terutama bidang peningkatan sumber daya manusia (SDM).

Sebab, banyak desa memiliki potensi wisata. Namun, belum percaya diri dengan potensi yang ada.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Amir Syahid mengatakan, potensi wisata berbasis desa sebenarnya cukup banyak.

Alasannya, wilayah Kota Ledre ini tersusun banyak kawasan hutan dan perbukitan. Terutama kawasan bagian selatan. 

Hanya, kemauan mengoptimalkan potensi itu masih sangat lemah. Padahal, menurut dia, anggaran sudah ada di desa. 

Itu terjadi karena banyak masyarakat desa belum percaya diri mengelola tempat wisata. 

‘’Kita juga ajak studi banding ke desa-desa sudah berhasil duluan agar percaya diri mengelola wisata desa,” imbuhnya. 

Ada enam desa tercatat mengelola wisata desa. Yakni perkebunan belimbing di Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu; wisata bahari bengawan Desa Mojo, Kalitidu.

Bukit Tono Gondang, sumber air Grogolan Dander, Negeri Atas Angin, hingga salak Wedi Kapas. 

Dia mengklaim, masing-masing desa itu mampu mengembangkan tempat wisata desa dalam tempo tidak lebih dua tahun saja. 

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru


/