22.8 C
Bojonegoro
Saturday, March 25, 2023

Waduk Mengering, Petani Tembakau Khawatir

- Advertisement -

KOTA – Meski bisa tanam tembakau lebih awal, petani di Lamongan khawatir tidak bisa menyiram tanamannya. Mudi, petani tembakau asal Kecamatan Modo, menuturkan, bulan ini sebagian petani melakukan tanam. 

Namun, dia khawatir cadangan air di wilayahnya tidak ada. “Beberapa waduk dan embung sudah mongering. Saya bingung nanti menyiram tembakau menggunakan air apa,” ujarnya. 

Menurut Mudi, tembakau yang siramannya kurang, dapat berakibat fatal. Selain produksinya turun, ada kemungkinan serangan hama tikus. Akibatnya, kualitas tembakau juga rendah. 

Dia berharap pemerintah membantu dalam hal ketersediaan air. Menurut Mudi, secara cuaca, menguntungkan petani tembakau. Petani bisa tanam lebih awal. 

Tahun lalu, petani di beberapa wilayah seperti Modo, Bluluk, dan Kedungpring rugi karena tidak ada cadangan air dari waduk maupun embung. Mereka kesulitan saat menyiram. Akibatnya, serangan hama tikus terjadi dan memakan batang pohon tembakau. “Akhirnya tembakau dibeli dengan harga rendah Rp 27 ribu (per kg) karena kualitasnya buruk. Idealnya Rp 29 ribu,” jelasnya. 

- Advertisement -

Sekretaris Dinas PU SDA Lamongan, M Jufri, menjelaskan, ketersediaan air setiap wilayah ada koordinator. Saat ini, sebagian besar waduk dan embung debitnya berkurang. Pemanfaatan air akan disesuaikan dengan cadangan. Apalagi, seluruh waduk dan embung sudah dimanfaatkan untuk tanam kedua lalu.

KOTA – Meski bisa tanam tembakau lebih awal, petani di Lamongan khawatir tidak bisa menyiram tanamannya. Mudi, petani tembakau asal Kecamatan Modo, menuturkan, bulan ini sebagian petani melakukan tanam. 

Namun, dia khawatir cadangan air di wilayahnya tidak ada. “Beberapa waduk dan embung sudah mongering. Saya bingung nanti menyiram tembakau menggunakan air apa,” ujarnya. 

Menurut Mudi, tembakau yang siramannya kurang, dapat berakibat fatal. Selain produksinya turun, ada kemungkinan serangan hama tikus. Akibatnya, kualitas tembakau juga rendah. 

Dia berharap pemerintah membantu dalam hal ketersediaan air. Menurut Mudi, secara cuaca, menguntungkan petani tembakau. Petani bisa tanam lebih awal. 

Tahun lalu, petani di beberapa wilayah seperti Modo, Bluluk, dan Kedungpring rugi karena tidak ada cadangan air dari waduk maupun embung. Mereka kesulitan saat menyiram. Akibatnya, serangan hama tikus terjadi dan memakan batang pohon tembakau. “Akhirnya tembakau dibeli dengan harga rendah Rp 27 ribu (per kg) karena kualitasnya buruk. Idealnya Rp 29 ribu,” jelasnya. 

- Advertisement -

Sekretaris Dinas PU SDA Lamongan, M Jufri, menjelaskan, ketersediaan air setiap wilayah ada koordinator. Saat ini, sebagian besar waduk dan embung debitnya berkurang. Pemanfaatan air akan disesuaikan dengan cadangan. Apalagi, seluruh waduk dan embung sudah dimanfaatkan untuk tanam kedua lalu.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru


/