- Advertisement -
BOJONEGORO – Mahfud heran dengan hasil ayam-ayam petelur miliknya kurang produktif sejak dua bulan ini. Peternak warga Desa Simbatan, Kecamatan Kanor, itu pun merasakan hasil telur kurang maksimal. Ukurannya lebih kecil.
Mahfud mengatakan, kualitas telur yang dihasilkan masih muda serta ukurannya lebih kecil dari umumnya. Jumlah produksinya mengalami penurunan sekitar 5-10 persen. Penyebabnya bukan karena jenis makanan maupun ukuran pakan.
Namun, ia menduga pengaruh cuaca yang kurang menentu. “Produksi dihasilkan dari ayam petelur di sini tidak maksimal sejak dua bulan terakhir,” kata pria sudah beternak sejak 1987 itu.
Kepala Bidang (Kabid) Budi Daya dan Pengembangan Ternak Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Bojonegoro Elvia Nuraini mengungkapkan, bahwa penyebabnya bisa beragam. Perlu diakui cuaca akhir-akhir ini kurang menentu.
Saat siang suhunya panas. Malam suhunya sangat dingin. Jadi, menurutnya peternak perlu mengatur suhu dan kelembapan kandang. “Suhu normalnya perlu dijaga sekitar 25 derajat Celsius,” tuturnya.
- Advertisement -
Sejauh ini, beberapa peternak ayam petelur di Bojonegoro tidak semuanya mengalami penurunan produktivitas. Ia selalu mengingatkan asupan nutrisi makanan dan ketersediaan air minum bersih di kandang.
Apabila makan dan minumnya kurang optimal, tentu sedikit banyak akan memengaruhi produktivitas ayam petelur. “Manajemen beternak ayam petelur memang lebih berisiko dibanding ayam pedaging. Jadi si peternak harus lebih peka segala perubahan pada ternaknya,” bebernya.
Karena sedari awal beternak ayam petelur di Bojonegoro cukup riskan. Sehingga tak banyak orang berani beternak ayam petelur. Dan kebutuhan telur untuk warga hingga kini paling banyak disuplai dari luar daerah.
BOJONEGORO – Mahfud heran dengan hasil ayam-ayam petelur miliknya kurang produktif sejak dua bulan ini. Peternak warga Desa Simbatan, Kecamatan Kanor, itu pun merasakan hasil telur kurang maksimal. Ukurannya lebih kecil.
Mahfud mengatakan, kualitas telur yang dihasilkan masih muda serta ukurannya lebih kecil dari umumnya. Jumlah produksinya mengalami penurunan sekitar 5-10 persen. Penyebabnya bukan karena jenis makanan maupun ukuran pakan.
Namun, ia menduga pengaruh cuaca yang kurang menentu. “Produksi dihasilkan dari ayam petelur di sini tidak maksimal sejak dua bulan terakhir,” kata pria sudah beternak sejak 1987 itu.
Kepala Bidang (Kabid) Budi Daya dan Pengembangan Ternak Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Bojonegoro Elvia Nuraini mengungkapkan, bahwa penyebabnya bisa beragam. Perlu diakui cuaca akhir-akhir ini kurang menentu.
Saat siang suhunya panas. Malam suhunya sangat dingin. Jadi, menurutnya peternak perlu mengatur suhu dan kelembapan kandang. “Suhu normalnya perlu dijaga sekitar 25 derajat Celsius,” tuturnya.
- Advertisement -
Sejauh ini, beberapa peternak ayam petelur di Bojonegoro tidak semuanya mengalami penurunan produktivitas. Ia selalu mengingatkan asupan nutrisi makanan dan ketersediaan air minum bersih di kandang.
Apabila makan dan minumnya kurang optimal, tentu sedikit banyak akan memengaruhi produktivitas ayam petelur. “Manajemen beternak ayam petelur memang lebih berisiko dibanding ayam pedaging. Jadi si peternak harus lebih peka segala perubahan pada ternaknya,” bebernya.
Karena sedari awal beternak ayam petelur di Bojonegoro cukup riskan. Sehingga tak banyak orang berani beternak ayam petelur. Dan kebutuhan telur untuk warga hingga kini paling banyak disuplai dari luar daerah.