BRONDONG – Sempat gagal saat dilakukan akhir tahun lalu, upaya merelokasi Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Brondong ke Pusat Pendaratan dan Pendistribusian Ikan (PPDI) setempat kembali dilakukan. Dinas Perikanan Lamongan bersama Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Brondong mengumpulkan seluruh pelaku pasar. Di antaranya nelayan, pedagang, dan tukang pikul. Terdapat lampu hijau dari pelaku pasar terhadap relokasi TPI ke lokasi baru.
‘’Dalam diskusi kemarin disepakati relokasi dilakukan kembali bulan Mei nanti,’’ kata Ketua Aliansi Nelayan Nasional Indonesia (ANNI) Lamongan, Agus Mulyono kepada Jawa Pos Radar Lamongan, Minggu (10/3).
Agus mengatakan, kendala yang dihadapi oleh pelaku pasar, terutama sempitnya jalur masuk yang memicu kemacetan. Sehingga distribusi ikan tak bisa cepat dilakukan.
‘’Kita kemarin memberikan masukan pada instansi terkait agar menyegerakan fasilitas jauh-jauh hari, agar kesannya tidak terpaksa,’’ terangnya saat dikonfirmasi via ponsel.
Dia menuturkan, masalah bongkar muat kapal sandar juga harus ditata rapi. Serta kapal ikan pancingan juga harus diberikan kesempatan. Sedangkan, penataan kendaraan harus diperhatikan. ‘’Jangan sampai ada kendaraan parkir di area bongkar muat,’’ tukasnya.
Menurut dia, pihaknya berharap bisa cepat direlokasi. Sebab, secara konstruksi TPI Brondong sudah tidak layak. Ada kekhawatiran ambruk karena usianya sudah tua. ‘’Itu yang harus diantisipasi supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,’’ tukasnya.
Sementara itu, Kabid Produksi Perikanan Dinas Perikanan Lamongan, Arif Sujanarta membenarkan relokasi disepakati 6 Mei 2019. Pertemuan sebelumnya untuk melihat kondisi real paska uji coba akhir tahun lalu. ‘’Semuanya sepakat harus pindah, sebab di TPI lama kurang aman dan bersih,’’ katanya.
Dia mengatakan, dulu yang dikeluhkan sirkulasi ikan keluar – masuk, yang terjadi kemacetan karena saat itu hanya terdapat empat pintu. Namun sudah diperlebar menjadi sembilan pintu.
‘’Juga ditambahi kendaraan kecil dibuatkan plengsengan. Serta disediakan tangga ke bawah. Sehingga menuju gudang bisa menggunakan kereta dorong,’’ ucapnya.
Arif menyatakan, hal yang masih menjadi pekerjaan rumah (PR) yakni pengaturan tambat labuh perahu. Serta gudang pengepakan belum seluruhnya terpenuhi. Kini baru 31 unit gudang pengepakan, masih kurang 90 unit.
‘’Jadi areal 5.400 meter persegi dipergunakan untuk teman-teman pedagang yang sementara belum membangun kios. Tanahnya ada, tinggal membangun saja,’’ katanya.
Menurut dia, dalam waktu dua bulan ini seluruh stake holder bisa mengambil peranan untuk kelancaran relokasi. Yakni, masing-masing berkoordinasi dengan ketua kelompoknya masing-masing. Contohnya, nelayan bisa berkoordinasi dengan RN dan HNSI, anggota pikul ikan berkoordinasi dengan ketua kelompok pikul, serta pedagang bisa berkoordinasi dengan Aspila.
‘’Jadi dari kami itu bagaimana di kawasan TPI Brondong nanti bisa aman, bersih, dan tertib. Harapannya kontribusi pendapatan daerah bisa terdongkrak,’’ pungkasnya.