27.2 C
Bojonegoro
Saturday, June 3, 2023

Dihargai Murah, Kerap Buang Puluhan Liter

- Advertisement -

SEBAGIAN besar penderes pohon siwalan di Tuban menjerit. Mereka merasa legen dari hasil sadapan po hon siwalannya tidak dihargai sesuai harapannya. Sidik, salah satu penderes pohon siwalan di Desa Tasikmadu, Kecamatan Palang mengatakan, kalau dijual ke pengepul, legennya hanya dihargai Rp 2 ribu per liter. Itu pun kerap tidak dibayar langsung, namun beberapa hari kemudian. Karena sehari rata-rata hanya bisa menghasilkan sekitar 15 liter, terkadang dia hanya bisa membawa pulang Rp 30 ribu saja. Dengan kondisi tersebut, Sidik berusaha melepaskan diri dari pengempul. 

Dia menjual legennya di sebuah gubuk di tepi jalan menuju area wisata petik belimbing di Tasikmadu, tak jauh dari rumahnya. Bapak dua anak ini menjual legen per botol (berisi 1,5 liter) dengan harga Rp 10-15 ribu. Ketika wisatawan sepi dan tidak ada pembeli seperti sekarang ini, Sidik kerap membuang berpuluhpuluh liter legennya yang sudah afkir. Kepada Jawa Pos Radar Tuban, dia berharap pemerintah daerah memikirkan nasib penderes seperti dirinya. Salah satunya memberikan solusi terkait upaya mengoptimalkan hasil sadapan pohon siwalan. Karena nira pohon siwalan di Tasikmadu tak cocok untuk gula aren, pria 45 tahun ini berharap ada opsi lain untuk mengolah potensi lokal desa setempat. ‘’Entahlah, dibuat apa. Yang penting legen kami dihargai sebanding,’’ ujarnya. 

SEBAGIAN besar penderes pohon siwalan di Tuban menjerit. Mereka merasa legen dari hasil sadapan po hon siwalannya tidak dihargai sesuai harapannya. Sidik, salah satu penderes pohon siwalan di Desa Tasikmadu, Kecamatan Palang mengatakan, kalau dijual ke pengepul, legennya hanya dihargai Rp 2 ribu per liter. Itu pun kerap tidak dibayar langsung, namun beberapa hari kemudian. Karena sehari rata-rata hanya bisa menghasilkan sekitar 15 liter, terkadang dia hanya bisa membawa pulang Rp 30 ribu saja. Dengan kondisi tersebut, Sidik berusaha melepaskan diri dari pengempul. 

Dia menjual legennya di sebuah gubuk di tepi jalan menuju area wisata petik belimbing di Tasikmadu, tak jauh dari rumahnya. Bapak dua anak ini menjual legen per botol (berisi 1,5 liter) dengan harga Rp 10-15 ribu. Ketika wisatawan sepi dan tidak ada pembeli seperti sekarang ini, Sidik kerap membuang berpuluhpuluh liter legennya yang sudah afkir. Kepada Jawa Pos Radar Tuban, dia berharap pemerintah daerah memikirkan nasib penderes seperti dirinya. Salah satunya memberikan solusi terkait upaya mengoptimalkan hasil sadapan pohon siwalan. Karena nira pohon siwalan di Tasikmadu tak cocok untuk gula aren, pria 45 tahun ini berharap ada opsi lain untuk mengolah potensi lokal desa setempat. ‘’Entahlah, dibuat apa. Yang penting legen kami dihargai sebanding,’’ ujarnya. 

Artikel Terkait

Most Read

Tindak 25 Motor Kenalpot Bising

Minyak Curah Tidak Mudah Susut

Gadis in Bahagia di Dunia Anak

Belum Tunjuk Plh Kades Kedungrembug

Artikel Terbaru


/