PACIRAN – Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Lamongan memastikan alat pendeteksi ikan masih digunakan nelayan Paciran dan Brondong. Namun, alat pendeteksi ikan tak bisa dimanfaatkan seluruh nelayan di kawasan pantura.
Sekretaris HNSI Lamongan, Mukhlisin Amar, mengatakan, manfaat alat pendeteksi ikan bantuan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) itu hanya dirasakan nelayan skala besar. Sebab, alat pendeteksi ikan tersebut cukup efektif melihat letak titik yang terdapat banyak ikan. Sehingga, pekerjaan nelayan bisa lebih efisien.
‘’Tapi alat pendeteksi ikan hanya diperuntukan nelayan-nelayan besar di Kranji, Blimbing, Brondong, dan Weru,’’ tutur Mukhlisin saat dikonfirmasi via ponsel.
Sedangkan nelayan kecil di Desa/Kecamatan Paciran, yang mayoritas menangkap rajungan tak bisa menggunakan alat pendeteksi. Sebab, alat tersebut hanya bisa mendeteksi jenis ikan mengapung.
‘’Untuk rajungan tidak bisa. Karena rajungan itu jenis habitat dasar. Sedangkan alat deteksi hanya mampu melihat ikan yang apung dan tidak berada di dasar,’’ ujar mantan ketua Rukun Nelayan Paciran tersebut.
Menurut dia, penangkapan rajungan masih dilakukan secara manual. Nelayan hanya menggunakan insting pada lokasi yang ditaksir terdapat banyak rajungan. Selanjutnya, mereka memasang alat tangkap bubu atau wuwu.
‘’Untuk rajungan kan memang tidak terlalu jauh dari bibir pantai,’’ kata Mukhlisin.
Dia menambahkan, tangkapan nelayan saat Ramadan lalu cukup minim. Dalam sehari hanya menangkap sekitar 3 kilogram (kg). Harga rajungan di pasaran juga cukup rendah dibandingkan awal tahun lalu.
‘’Harga rajungan belum bisa menyentuh harga tertinggi,’’ katanya.