BOJONEGORO – Jelang pergantian musim, potensi bencana di masa transisi mulai dipetakan. Selain kekeringan yang kerap melanda tiap kemarau, angin puting beliung juga menjadi ancaman patut diwaspadai saat pergantian musim dari penghujan ke kemarau. Sejumlah kecamatan masih berpotensi terjadi bencana.
“Kita sudah mulai petakan, terutama bencana-bencana berkaitan dengan perubahan musim,” kata Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Eko Susanto, rabu (9/5).
Eko menjelaskan, pergantian musim memang kerap memicu terjadinya bencana. Di Bojonegoro, selain kekeringan, juga bencana angin puting beliung. Karena itu, pihaknya sudah mulai memetakan sejumlah kawasan ditengarai rawan terjadi bencana. Pemetaan dilakukan karena pergantian musim dan masa transisi sudah bermula sejak pekan kedua Mei ini.
Eko mengatakan, masa transisi dari penghujan ke kemarau memang tidak hanya identik dengan bencana kekeringan. Bahkan, sebelum masuk ke kemarau pun, angin puting beliung juga menjadi bencana berpotensi terjadi. Mengingat masa transisi jatuh pada pekan kedua Mei ini, pihaknya sudah melakukan persiapan terkait mitigasi kebencanaannya. Sebab, khusus untuk angin puting beliung, kedatangannya tidak bisa diprediksi.
“Kedatangannya tidak bisa diprediksi dengan akurat dan tiba-tiba bisa sangat merusak,” imbuh dia.
Eko mengatakan, pemetaan potensi bencana angin puting beliung dilakukan sejak beberapa pekan lalu. Ada sebanyak 11 kecamatan disinyalir berpotensi terjadi angin puting beliung. Di antaranya Bojonegoro, Kapas, Purwosari, Sekar, Balen, Ngasem, Kedungadem, Dander, Padangan, Tambakrejo, dan Gondang. Belasan kecamatan tersebut, sesuai pemetaan yang pihaknya lakukan, memang berpotensi besar terjadi angin puting beliung di masa transisi musim saat ini.
Selain sosialisasi ke masyarakat terkait angin puting beliung, pihaknya juga mengintervensi perihal pemahaman tentang pola keselamatan dan penyelamatan saat bencana terjadi. Dia mengingatkan jika setiap perubahan iklim atau musim, selalu diikuti dengan gejolak alam. Nah, salah satunya angin puting beliung.
Selain angin puting beliung, kata dia, perubahan iklim dari penghujan ke kemarau tentu memicu adanya kekeringan. Sebab, sejumlah daerah di Bojonegoro identik terjadi kekeringan saat musim kemarau. Namun, dia mengatakan, seperti tahun-tahun sebelumnya, BPBD bakal mengintervensi dalam urusan mengirim air bersih.
Dari data 2017, sebanyak 10 kecamatan disinyalir rawan potensi kekeringan. Di antaranya Ngraho, Kepohbaru, Tambakrejo, Sukosewu, Purwosari, Sumberrejo, Sugihwaras, Temayang, Ngambon, Kasiman. Tahun ini, kata Eko, kemungkinannya tidak terlalu banyak berubah. “Untuk kekeringan, BPBD akan intervensi melalui pengiriman air bersih,” pungkas dia.