28.9 C
Bojonegoro
Friday, March 31, 2023

Paling Sulit Gunakan Tendangan Dekagen

- Advertisement -

Dinasti Annisa Firda kerap menyabet prestasi dikejuaran taekwondo tingkat provinsi. Potensi Firda di dunia taekwondo tak terbantahkan, setelah dirinya menerima penghargaan dari Muri Dunia Taekwondo Indonesia. 

TAEKWONDO tak hanya digemari pria. Namun, olahraga bela diri tersebut juga menyedot minat banyak kaum hawa di Kota Soto. Salah satunya Dinasti Annisa Firda yang mulai mengikuti latihan taekwondo sejak Tahun 2014 silam. 

Firda yang tampak ayu dan lembut, tak menunjukkan sosok kegarangan sedikitpun dalam kesehariannya. Tapi jangan ditanya ketika dirinya sudah berada di arena pertandingan. Wajah lembutnya berubah menjadi petarung, yang tak kenal takut menghadapi lawan yang dihadapi. 

Dara 17 tahun tersebut pertama kali turun kejuaraan taekwondo sekitar Tahun 2015. Atlet asal Desa Plosowahyu, Kecamatan/ Kabupaten Lamongan itu mengenang bagaimana nervous dirinya saat pertama kali turun di Kejurprov dulu. 

‘’Waktu itu, saya langsung mengikuti Kejurprov setelah berlatih satu tahun. Awal bertanding itulah, langsung mendapatkan medali,’’ ucap Firda, sapaan akrabnya kepada Jawa Pos radar Lamongan, kemarin (9/1). 

- Advertisement -

Sederet medali yang diraih Firda juara 1 kelas 24 kg, juara 2 Kejurprov kelas 24 kg di Sidoarjo, dan tahun ini dirinya menyabet perunggu di Kejurprov. Sedangkan, tahun ini Firda menyabet penghargaan dari Museum Rekor Dunia Taekwondo Indonesia didapatkan dalam gerak seni taekwondo dengan musik di Lapangan Apel Brigif 2 Marinir Gedangan Sidoarjo.  

Fira menggemari tendangan dollyo chagi, yakni teknik tendangan yang dilakukan dengan arah gerak menyerong ke samping. Dengan titik tumpu pada punggung kaki dan sasaran tendangan pada ulu hati, rusuk, tulang iga, dan di bawah tulang rusuk. 

Teknik tendangan tersebut cukup efektif, karena sekali tendang bisa dua kali sasaran. Jika tepat dan teknik benar, maka penilaian poin cukup besar. Sehingga berpotensi meraih kemenangan lebih cepat. 

Tapi, bagi Firda, tendangan dekagen menjadi paling sulit. Sebab, membutuhkan timing yang tepat. Yakni tekniknya melompat dan memutarkan badan. Dalam pertandingan, Fira menggunakan tendangan dekagen dengan menyesuaikan serangan lawan dan posisi yang tepat. 

‘’Yang penting, saat bertanding terus menyerang. Jadi bagaimanapun caranya agar mendapatkan nilai banyak,’’ terang Firda.

Dinasti Annisa Firda kerap menyabet prestasi dikejuaran taekwondo tingkat provinsi. Potensi Firda di dunia taekwondo tak terbantahkan, setelah dirinya menerima penghargaan dari Muri Dunia Taekwondo Indonesia. 

TAEKWONDO tak hanya digemari pria. Namun, olahraga bela diri tersebut juga menyedot minat banyak kaum hawa di Kota Soto. Salah satunya Dinasti Annisa Firda yang mulai mengikuti latihan taekwondo sejak Tahun 2014 silam. 

Firda yang tampak ayu dan lembut, tak menunjukkan sosok kegarangan sedikitpun dalam kesehariannya. Tapi jangan ditanya ketika dirinya sudah berada di arena pertandingan. Wajah lembutnya berubah menjadi petarung, yang tak kenal takut menghadapi lawan yang dihadapi. 

Dara 17 tahun tersebut pertama kali turun kejuaraan taekwondo sekitar Tahun 2015. Atlet asal Desa Plosowahyu, Kecamatan/ Kabupaten Lamongan itu mengenang bagaimana nervous dirinya saat pertama kali turun di Kejurprov dulu. 

‘’Waktu itu, saya langsung mengikuti Kejurprov setelah berlatih satu tahun. Awal bertanding itulah, langsung mendapatkan medali,’’ ucap Firda, sapaan akrabnya kepada Jawa Pos radar Lamongan, kemarin (9/1). 

- Advertisement -

Sederet medali yang diraih Firda juara 1 kelas 24 kg, juara 2 Kejurprov kelas 24 kg di Sidoarjo, dan tahun ini dirinya menyabet perunggu di Kejurprov. Sedangkan, tahun ini Firda menyabet penghargaan dari Museum Rekor Dunia Taekwondo Indonesia didapatkan dalam gerak seni taekwondo dengan musik di Lapangan Apel Brigif 2 Marinir Gedangan Sidoarjo.  

Fira menggemari tendangan dollyo chagi, yakni teknik tendangan yang dilakukan dengan arah gerak menyerong ke samping. Dengan titik tumpu pada punggung kaki dan sasaran tendangan pada ulu hati, rusuk, tulang iga, dan di bawah tulang rusuk. 

Teknik tendangan tersebut cukup efektif, karena sekali tendang bisa dua kali sasaran. Jika tepat dan teknik benar, maka penilaian poin cukup besar. Sehingga berpotensi meraih kemenangan lebih cepat. 

Tapi, bagi Firda, tendangan dekagen menjadi paling sulit. Sebab, membutuhkan timing yang tepat. Yakni tekniknya melompat dan memutarkan badan. Dalam pertandingan, Fira menggunakan tendangan dekagen dengan menyesuaikan serangan lawan dan posisi yang tepat. 

‘’Yang penting, saat bertanding terus menyerang. Jadi bagaimanapun caranya agar mendapatkan nilai banyak,’’ terang Firda.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru


/