Pengelolaan lingkungan yang benar adalah kewajiban. Selain membuat lingkungan menjadi sehat, juga bisa mendapatkan prestasi membanggakan.
——————————-
M. NURKOZIM, Bojonegoro
——————————-
Zalfa, Ratna, dan Fatin tengah memeriksa beberapa tong yang berjejar di halaman sekolahnya. Tidak lama kemudian, tiga siswi SMPN 2 Bojonegoro itu mengaduk-aduk tong sampah.
Tong-tong itu berisi sampah organik yang tengah diproses menjadi kompos. ”Ini masih belum jadi. Masih lama. Sekitar dua minggu lagi,’’ ungkap Zalfa.
Kompos tersebut dibuat dari sampah dedaunan yang banyak terdapat di sekolahnya.
Banyaknya sampah daun yang tertebaran itu membuat mereka memiliki ide kreatif mengolahnya menjadi kompos.
”Selain untuk dipakai sendiri, kompos ini juga kami jual. Tapi, produksi kami masih terbatas,’’ tuturnya.
Dia menceritakan, sampah organik yang dihasilkan cukup banyak. Per harinya bisa mencapai 50 kilogram. Jika sampah tersebut dibiarkan saja bisa menjadi masalah yang besar.
Sehingga, harus diolah menjadi barang yang bisa dimanfaatkan. ”Sampah organik kami olah jadi kompos. Sedangkan yang nonorganik kami jadikan kerajinan,’’ terangnya.
Sampah nonorganik dijadikan pot bunga, hiasan ruangan, dan berbagai kerajinan lainnya. Sehingga, sampah-sampah tersebut bisa dimanfaatkan.
”Kalau yang sudah tidak bisa dimanfaatkan kami buang,’’ terangnya.
Sampah adalah permasalahan setiap warga perkotaan. Bahkan, sampah nonorganik yang dihasilkan kadang lebih banyak dibanding sampah organik.
Sehingga, diperlukan kreativitas untuk bisa mengatasi permasalahan sampah ini.
Pengelolaan sampah organik dan nonorganik menjadi salah satu poin penting dalam penilaian Adiwiyata.
Tahun ini SMPN 2 Bojonegoro menjadi salah satu sekolah di Bojonegoro yang meraih Adiwiyata tingkat provinsi.
Kepala SMPN 2 Bojonegoro Lasiran mengatakan, sampah yang dihasilkan di lembaganya memang cukup tinggi.
Sehingga, diperlukan kreativitas untuk mengatasi permasalahan itu. ”Salah satu carannya adalah dengan menjadikan kompos dan kerajinan,’’ ungkapnya.
Pengelolaan sampah tersebut harus dilakukan secara berkesinambungan. Sehingga, bisa menjadi kebiasaan baik bagi siswa.
”Pengalolaan sampah ini juga menjadi salah satu program sekolah,’’ terangnya.
Di lembaga yang dia pimpin tidak hanya fokus pada sampah. Tapi juga fokus pada permasalahan energi, keanegaraman hayati, air, dan makanan.
Misalnya, dalam mengelola air, dia tidak membiarkan air terbuang percuma air yang ada di sekolah. Salah satunya air wudu siswa dan air hujan.
Air wudu tidak dibiarkan begitu saja mengalir ke saluran pembuangan. Namun, air itu ditampung di sebuah kolam ikan. ”Ikannya besar-besar.
Bisa dilihat,’’ tuturnya sembari memperlihatkan ikan lele yang besar-besar. Sedangkan air hujan ditampung dalam sumur resapan.
Sehingga, bisa menjadi cadangan air saat musim kemarau.