26.6 C
Bojonegoro
Saturday, June 10, 2023

Sikapi Berbeda jika Unas Jadi ­Penentu Kelulusan

- Advertisement -

KOTA – Wacana dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk kembali menjadikan ujian nasional (unas) sebagai penentu kelulusan ditanggapi beragam oleh praktisi pendidikan di Bojonegoro. Kepala Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) STAI Attanwir Bojonegoro Dwi Khoirotun Nisa mengatakan, menolak jika unas kembali menjadi penentu kelulusan. Sebab, setiap sekolah memiliki kebijakan dan kurikulum sendiri. “Yang mengerti kemampuan muridnya ya sekolahnya. Bukan sekolah lain atau negara,” katanya selasa (8/5). 

Dia menjelaskan, masih ada beberapa unas dilakukan dengan tidak fair. Kondisi ini akan membahayakan karakter siswa. Karena secara tidak langsung akan berdampak pada masa depannya. “Jika unas tidak menjadi penentu kelulusan komitmen sekolah harus benar-benar kuat mendidik muridnya. Mendidik sebenar-benarnya bukan sekadar mengajar dan memberikan nilai,” ucapnya. 

Dosen IAI Sunan Giri Bojonegoro Ahmad Farid Ustman mengaku setuju jika unas kembali menjadi penentu kelulusan. Tapi, itu pun harus dengan syarat. “Ya syaratnya itu kualitas SDM dan sarpras sudah merata,” ujarnya. Namun, jika kurang merata baginya kurang pas jika dipaksakan sebagai penentu kelulusan. Sebab, akan berakibat kurang baik untuk kondisi pendidikan. “Tapi ada positifnya jika menjadi penentu karena semangat belajar anak dan semangat guru dalam mengajar akan terbentuk secara otomatis,” tandasnya. 

Kasi SMA/SMK Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Wilayah Bojonegoro Kusnadi mengatakan, tidak akan memberikan pernyataan terlebih dahulu sebelum nanti ada edaran resmi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. “Nunggu surat resmi saja. Itu kan masih tahun depan,” terangnya. 

KOTA – Wacana dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk kembali menjadikan ujian nasional (unas) sebagai penentu kelulusan ditanggapi beragam oleh praktisi pendidikan di Bojonegoro. Kepala Program Studi Pendidikan Bahasa Arab (PBA) STAI Attanwir Bojonegoro Dwi Khoirotun Nisa mengatakan, menolak jika unas kembali menjadi penentu kelulusan. Sebab, setiap sekolah memiliki kebijakan dan kurikulum sendiri. “Yang mengerti kemampuan muridnya ya sekolahnya. Bukan sekolah lain atau negara,” katanya selasa (8/5). 

Dia menjelaskan, masih ada beberapa unas dilakukan dengan tidak fair. Kondisi ini akan membahayakan karakter siswa. Karena secara tidak langsung akan berdampak pada masa depannya. “Jika unas tidak menjadi penentu kelulusan komitmen sekolah harus benar-benar kuat mendidik muridnya. Mendidik sebenar-benarnya bukan sekadar mengajar dan memberikan nilai,” ucapnya. 

Dosen IAI Sunan Giri Bojonegoro Ahmad Farid Ustman mengaku setuju jika unas kembali menjadi penentu kelulusan. Tapi, itu pun harus dengan syarat. “Ya syaratnya itu kualitas SDM dan sarpras sudah merata,” ujarnya. Namun, jika kurang merata baginya kurang pas jika dipaksakan sebagai penentu kelulusan. Sebab, akan berakibat kurang baik untuk kondisi pendidikan. “Tapi ada positifnya jika menjadi penentu karena semangat belajar anak dan semangat guru dalam mengajar akan terbentuk secara otomatis,” tandasnya. 

Kasi SMA/SMK Cabang Dinas Pendidikan Provinsi Wilayah Bojonegoro Kusnadi mengatakan, tidak akan memberikan pernyataan terlebih dahulu sebelum nanti ada edaran resmi dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. “Nunggu surat resmi saja. Itu kan masih tahun depan,” terangnya. 

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru


/