BOJONEGORO – Hingga sekarang pengelolaan sumur minyak tua di Desa Wonocolo Kecamatan Kedewan belum memberikan hasil bagi Pemkab Bojonegoro. PT Bojonegoro Bangun Sarana (PT BBS), BUMD yang ditunjuk sebagai pengelola belum bisa memenuhi target 500 barrels of oil per day (BOPD). Sejak kontrak kerja sama dengan Pertamina EP Asset 4, PT BBS baru mampu menghasilkan 100 BOPD.
Direktur PT BBS Tony Ade Irawan mengatakan, sejak kontrak berjalan sekitar lima bulan, berusaha memaksimalkan produktivitas sumur minyak tua. Berdasarkan kontrak, PT BBS memiliki tanggung jawab mengelola 505 sumur. Namun, hingga kini jumlah sumur intensif memberikan hasil baru 7-8 sumur. Selain itu, masih banyak sumur yang juga perlu dilakukan perbaikan. “Kami fokus memaksimalkan produktivitas, sebab hingga sekarang belum memenuhi target diharapkan,” ujarnya.
Konsekuensinya, PT BBS belum bisa memberikan kontribusi pendapatan asli daerah (PAD). Karena, hingga saat ini PT BBS belum bisa dianggap memeroleh keuntungan dari pengelolaan sumur minyak tua tersebut. ‘’PT BBS dikatakan menyumbang PAD kalau sudah menerima laba, sebab memang perlu banyak melakukan perbaikan,” ujarnya juga meminta upaya menekan maraknya illegal trading harus digalakkan.
Manajer Pertamina EP Asset 4 Teguh Budi Santosa mengatakan, pengelolaan migas tidak mudah. PT BBS selaku pengelola baru menggeluti bidang migas kiprahnya relatif signifikan. ‘’Dunia migas itu tidak gampang, jadi harus membutuhkan teknologi lebih lagi,’’ katanya.Dia meminta ke depannya, PT BBS harus mampu meningkatkan produktivitasnya. Setidaknya, memaksimalkan jumlah sumur yang harus dikelola.
Kepala Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja (Disperinaker) Agus Supriyanto mengatakan, perlu untuk menata sumber daya manusia (SDM) pengelolaan sumur tua. Dan mampu memberikan kontribusi pada desa setempat. “Karena dalam pengelolaan migas harus memerhatikan health, safety, and environment (HSE). Sebisa mungkin memberikan kesejahteraan,” jelasnya.