Radar Bojonegoro – Salah satu upaya penyembuhan pasien positif Covid-19 dengan cara terapi plasma konvalesen (PK). Plasma tersebut berasal dari pasien Covid-19 yang sudah sembuh. Sehingga sudah membentuk antibodi terhadap virus korona.
Namun, Unit Tranfusi Darah (UTD) Palang Merah Indonesia (PMI) Bojo negoro belum siap mmeproduksi PK sendiri. Terkendala peralatan dan metode pemeriksaan. Terpaksa mengambil PK dari daerah lain.
Direktur RSUD dr. Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro Ahmad Hernowo Wahyu Utomo mengatakan, ada pasien Covid-19 di RSUD menjalani terapi PK. Tetapi, suplai PK tidak didapat dari UTD PMI setempat.
“Kami ambilkan PK dari PMI Surabaya dan PMI Sidoarjo. Jadi mencari mana stok PK yang tersedia,” jelas Hernowo. Pria juga sebagai Ketua Unit Tranfusi Darah (UTD) Palang Merah Indonesia (PMI) Bojonegoro itu menjelaskan, sudah puluhan PK dari PMI Surabaya dan PMI Sidoarjo didatangkan melalui PMI Bojonegoro.
Penyebab UTD PMI Bojonegoro belum bisa suplai PK karena syarat menjadi pendonor butuh uji skrining memadai. Selain itu, tidak semua pasien bisa sembuh dari Covid-19 otomatis PK-nya bisa menyembuhkan pasien korona. “Ilustrasinya di Surabaya saja dari 10 pendonor PK hanya 1 pendonor yang PK-nya bisa diambil,” jelasnya.
Kepala Bidang (Kabid) Administrasi dan Keuangan UTD PMI Bojonegoro Ali Syafaat menambahkan, permintaan PK dari RS di Bojonegoro sudah mulai sejak Agustus lalu. Perkiraan permintaan PK sudah dari dari 20 kantong. Tetapi, pihaknya hanya sebagai peran tara. PK dimintakan secara inden dari PMI Surabaya dan PMI Sidoarjo. “Bahkan, beberapa RS di Bojonegoro inden sendiri ke PMI Surabaya atau Sidoarjo,” imbuhnya.
Sebenarnya, ada rencana menyuplai PK secara mandiri. Namun, setelah studi banding di PMI Surabaya, ternyata PMI Bojonegoro belum siap. Pertama, alat mengambil PK yakni apheresis belum punya.
Kedua, proses seleksi calon pendonor PK harus menggunakan alat pemeriksaan nucleic acid test (NAT). Alat tersebut memiliki teknologi uji saring mampu mendeteksi keberadaan DNA/ RNA virus dengan masa jendela lebih pendek. Sehingga mampu memastikan darah dari pendonor benar-benar bebas dari virus. “Sedangkan di PMI Bojonegoro masih belum pakai NAT, di sini metode uji saringnya yaitu enzymelinked immunosorbent assay (Elisa),” jelasnya.