- Advertisement -
NDUK – Zaman menuntut semua serba instan. Tidak terkecuali bumbu rujak. Adalah Dwi Maesaroh, 27, yang membaca peluang itu. Dua tahun terakhir, dia menjual bumbu rujak khas Palang. Bumbu rujak kemasan yang diberi label Neyshaka itu merupakan salah satu resep turun-temurun dari keluarga besarnya yang sebagian besar berdomisili di Kecamatan Palang.
Ketika memulai bisnisnya akhir 2016, Isya terpikir untuk membuat bumbu rujak kemasan. Alasannya, bumbu rujak Palang adalah salah satu ikon makanan khas Tuban yang nyaris punah karena minimnya peminat. ‘’Ternyata bumbu sederhana ini jika dikemas bisa menarik banyak pelanggan,’’ tutur dia yang mengaku meracik sendiri bumbu tersebut.
Alumni SMAN 4 Tuban ini yakin makanan tradisional apa pun pasti diminati jika dikemas dan dipasarkan dengan tepat. Tentunya, juga harus memiliki kekhasan rasa dan penyajian.
Dikatakan ibu dua anak ini, masakan tradisional lebih kaya rasa dibanding makanan pabrikan. Isya mengaku menerjuni bisnis kuliner bukan semata-mata karena profit, namun menyalurkan hobi saja. ”Ya, sekalian melestarikan resep masakan ikon Bumi Wali,” ujar dia.
Bumbu rujak produk wanita yang tinggal di Perum Puri Indah ini tidak hanya diminati warga Tuban, namun juga dari berbagai daerah di luar kota. Mulai dari Surabaya hingga Bandung. Para konsumen dari luar daerah tersebut mengenal bumbu rujak Neyshaka yang dipasarkan Isya melalui media sosial. ‘’Konsumen senang karena pedasnya khas Tuban,’’ kata dia promosi.
NDUK – Zaman menuntut semua serba instan. Tidak terkecuali bumbu rujak. Adalah Dwi Maesaroh, 27, yang membaca peluang itu. Dua tahun terakhir, dia menjual bumbu rujak khas Palang. Bumbu rujak kemasan yang diberi label Neyshaka itu merupakan salah satu resep turun-temurun dari keluarga besarnya yang sebagian besar berdomisili di Kecamatan Palang.
Ketika memulai bisnisnya akhir 2016, Isya terpikir untuk membuat bumbu rujak kemasan. Alasannya, bumbu rujak Palang adalah salah satu ikon makanan khas Tuban yang nyaris punah karena minimnya peminat. ‘’Ternyata bumbu sederhana ini jika dikemas bisa menarik banyak pelanggan,’’ tutur dia yang mengaku meracik sendiri bumbu tersebut.
Alumni SMAN 4 Tuban ini yakin makanan tradisional apa pun pasti diminati jika dikemas dan dipasarkan dengan tepat. Tentunya, juga harus memiliki kekhasan rasa dan penyajian.
Dikatakan ibu dua anak ini, masakan tradisional lebih kaya rasa dibanding makanan pabrikan. Isya mengaku menerjuni bisnis kuliner bukan semata-mata karena profit, namun menyalurkan hobi saja. ”Ya, sekalian melestarikan resep masakan ikon Bumi Wali,” ujar dia.
Bumbu rujak produk wanita yang tinggal di Perum Puri Indah ini tidak hanya diminati warga Tuban, namun juga dari berbagai daerah di luar kota. Mulai dari Surabaya hingga Bandung. Para konsumen dari luar daerah tersebut mengenal bumbu rujak Neyshaka yang dipasarkan Isya melalui media sosial. ‘’Konsumen senang karena pedasnya khas Tuban,’’ kata dia promosi.