27.2 C
Bojonegoro
Tuesday, March 21, 2023

Mengenal Mbah Pri, Kakek Bersepatu Roda dari Yogyakarta ke Surabaya

- Advertisement -

Usia yang sudah menginjak 64 tahun tak membuatnya gentar, dia bersemangat menyusuri jalanan kota menggunakan sepatu roda. Kemarin (6/11), dia singgah di Bojonegoro saat perjalanan bersepatu roda dari Yogyakarta ke Surabaya.

——————————————-

BHAGAS DANI PURWOKO, Bojonegoro

——————————————-

RAMBUT dan jenggot panjangnya sudah memutih dan juga gigi pun sudah hampir tanggal semuanya. Namun, semangatnya tidak bisa diremehkan begitu saja. Menembus angin, debu jalanan, dan asap kendaraan sudah menjadi makanannya setiap hari.

- Advertisement -

Bahagianya, kemarin (7/11) merupakan momen yang cukup menginspirasi beberapa kawan dari Komunitas 8wheels Bojonegoro, mereka adalah komunitas sepatu roda atau inline skate. 

Mereka sangat senang karena sudah dikunjungi seorang pria tua yang militan dan progresif di dunia olahraga sepatu roda. Pria tua itu menyempatkan waktunya singgah di Bojonegoro saat perjalanan dari Yogyakarta ke Surabaya demi memperingati Hari Pahlawan 10 November.

Pria tua itu bernama Supriyanto Al Amin Sukri. Dia merupakan warga Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman yang sangat hobi dengan olahrga sepatu roda. Di usianya yang cukup renta, dia memiliki jiwa yang sangat muda. 

Gebrakannya di dunia sepatu roda cukup mencengangkan para anak muda yang hobi atau sudah menjadi atlet sepatu roda. Sebab, Mbah Pri, sapaan akrabnya, mampu menunjukkan bahwa sepatu roda tak hanya pantas bagi anak-anak dan remaja, orang tua pun juga cocok. 

Mbah Pri justru berlatih sepatu roda ketika sudah berusia 53 tahun. Dia tidak minder atau malu bermain dengan anak-anak kecil. ’’Saya ini baru berlatih sepatu roda termasuk telat, saat usia 53 tahun baru latihan dengan komunitas-komunitas yang ada di Yogyakarta,” tutur pria kelahiran 20 April 1954 itu.

Pembicaraan tersebut terjadi di Taman Rajekwesi Bojonegoro, saat dia singgah untuk bertemu dengan komunitas sepatu roda di sini. Mbah Pri sejak Minggu (5/11) lalu berangkat dari nol kilometer Yogyakarta menuju Surabaya menggunakan sepatu roda demi ikut upacara hari pahlawan pada Jumat (10/11). Jalur yang dia lalui melewati Klaten, lalu ke Solo untuk menginap, karena sedang hujan. Kemudian berlanjut ke Sragen lalu menuju Ngawi. 

Kemarin (6/11) siang, Mbah Pri pun menyinggahi Bojonegoro. Dia masuk Bojonegoro sekitar pukul 11.00, menyusuri gerbang wilayah barat Bojonegoro, yakni Kecamatan Margomulyo, dan sampai di wilayah kota Bojonegoro sekitar pukul 14.00. Dia disambut dengan riang gembira oleh komunitas inline skate di Bojonegoro, 8wheels. 

Selama perjalanan, Mbah Pri dikawal oleh dua kawannya yang masih muda, dua orang tersebut bernama Septian dan Tegar. ’’Mereka berdua itu kawan-kawan anak saya. Karena anak saya berhalangan mendampingi, sehingga dia meminta tolong dua kawannya itu,” tuturnya. 

Selama perjalanan, Mbah Pri pasti menyempatkan waktunya untuk mengunjungi komunitas inline skate yang terus berkembang. Begitu pun di Bojonegoro, Mbah Pri sangat senang disambut dengan hangat oleh komunitas 8wheels. Bahkan, saat perjalanan memasuki Kecamatan Kalitidu, salah satu anggota komunitas ikut rolling dengan Mbah Pri. 

Ada banyak pesan yang disampaikan bagi anak-anak yang masih kecil dan ingin jadi atlet sepatu roda. ’’Saya ingin sekali menjadi inspirasi anak-anak yang sangat muda, karena jangan sekali-sekali putus asa kalau pernah kalah kompetisi,” ujar pensiunan PT KAI tahun 2010 itu.

Karena, imbuh dia, Mbah Pri di usianya yang sudah tua belum pernah merasakan ikut kompetisi. ’’Saya ini sejak awal belajar inline skate bersama Jogja Slalom Skate (Joglos) sudah tidak diperbolehkan ikut kompetisi,” ujarnya.

Jadi, akhirnya Mbah Pri pun memilih rolling di jalan raya. ’’Karena saya sudah tidak bisa ikut kompetisi, karena saat belajar sudah berusia 53 tahun dan kini sudah 64 tahun, saya berkomitmen main inline skate di jalan raya kurang lebih 2-3 jam per harinya,” tutur bapak empat anak itu.

Beberapa orang mungkin sudah banyak yang mengenal Mbah Pri dengan sepatu rodanya. Karena, pada tahun lalu, Mbah Pri sudah membuktikan bersepatu roda dari nol kilometer Yogyakarta menuju Jakarta.

Rolling tersebut dilakukan demi ikut upacara Kemerdekaan RI ke-71. Dari keunikan Mbah Pri tersebut, dia sudah wara-wiri masuk di berbagai media cetak, televisi, maupun online. 

Tampilannya sangat khas, berkacamata frame bulat besar, jenggot panjang, dan rambut gondrong bagian belakang. Tidak terlihat rasa capai di raut wajahnya, dia merupakan sosok yang humoris. Rencananya, dia akan bermalam dulu di Bojonegoro, lalu besok (hari ini, Red) akan melanjutkan perjalanannya menuju Surabaya.

Usia yang sudah menginjak 64 tahun tak membuatnya gentar, dia bersemangat menyusuri jalanan kota menggunakan sepatu roda. Kemarin (6/11), dia singgah di Bojonegoro saat perjalanan bersepatu roda dari Yogyakarta ke Surabaya.

——————————————-

BHAGAS DANI PURWOKO, Bojonegoro

——————————————-

RAMBUT dan jenggot panjangnya sudah memutih dan juga gigi pun sudah hampir tanggal semuanya. Namun, semangatnya tidak bisa diremehkan begitu saja. Menembus angin, debu jalanan, dan asap kendaraan sudah menjadi makanannya setiap hari.

- Advertisement -

Bahagianya, kemarin (7/11) merupakan momen yang cukup menginspirasi beberapa kawan dari Komunitas 8wheels Bojonegoro, mereka adalah komunitas sepatu roda atau inline skate. 

Mereka sangat senang karena sudah dikunjungi seorang pria tua yang militan dan progresif di dunia olahraga sepatu roda. Pria tua itu menyempatkan waktunya singgah di Bojonegoro saat perjalanan dari Yogyakarta ke Surabaya demi memperingati Hari Pahlawan 10 November.

Pria tua itu bernama Supriyanto Al Amin Sukri. Dia merupakan warga Desa Ambarketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman yang sangat hobi dengan olahrga sepatu roda. Di usianya yang cukup renta, dia memiliki jiwa yang sangat muda. 

Gebrakannya di dunia sepatu roda cukup mencengangkan para anak muda yang hobi atau sudah menjadi atlet sepatu roda. Sebab, Mbah Pri, sapaan akrabnya, mampu menunjukkan bahwa sepatu roda tak hanya pantas bagi anak-anak dan remaja, orang tua pun juga cocok. 

Mbah Pri justru berlatih sepatu roda ketika sudah berusia 53 tahun. Dia tidak minder atau malu bermain dengan anak-anak kecil. ’’Saya ini baru berlatih sepatu roda termasuk telat, saat usia 53 tahun baru latihan dengan komunitas-komunitas yang ada di Yogyakarta,” tutur pria kelahiran 20 April 1954 itu.

Pembicaraan tersebut terjadi di Taman Rajekwesi Bojonegoro, saat dia singgah untuk bertemu dengan komunitas sepatu roda di sini. Mbah Pri sejak Minggu (5/11) lalu berangkat dari nol kilometer Yogyakarta menuju Surabaya menggunakan sepatu roda demi ikut upacara hari pahlawan pada Jumat (10/11). Jalur yang dia lalui melewati Klaten, lalu ke Solo untuk menginap, karena sedang hujan. Kemudian berlanjut ke Sragen lalu menuju Ngawi. 

Kemarin (6/11) siang, Mbah Pri pun menyinggahi Bojonegoro. Dia masuk Bojonegoro sekitar pukul 11.00, menyusuri gerbang wilayah barat Bojonegoro, yakni Kecamatan Margomulyo, dan sampai di wilayah kota Bojonegoro sekitar pukul 14.00. Dia disambut dengan riang gembira oleh komunitas inline skate di Bojonegoro, 8wheels. 

Selama perjalanan, Mbah Pri dikawal oleh dua kawannya yang masih muda, dua orang tersebut bernama Septian dan Tegar. ’’Mereka berdua itu kawan-kawan anak saya. Karena anak saya berhalangan mendampingi, sehingga dia meminta tolong dua kawannya itu,” tuturnya. 

Selama perjalanan, Mbah Pri pasti menyempatkan waktunya untuk mengunjungi komunitas inline skate yang terus berkembang. Begitu pun di Bojonegoro, Mbah Pri sangat senang disambut dengan hangat oleh komunitas 8wheels. Bahkan, saat perjalanan memasuki Kecamatan Kalitidu, salah satu anggota komunitas ikut rolling dengan Mbah Pri. 

Ada banyak pesan yang disampaikan bagi anak-anak yang masih kecil dan ingin jadi atlet sepatu roda. ’’Saya ingin sekali menjadi inspirasi anak-anak yang sangat muda, karena jangan sekali-sekali putus asa kalau pernah kalah kompetisi,” ujar pensiunan PT KAI tahun 2010 itu.

Karena, imbuh dia, Mbah Pri di usianya yang sudah tua belum pernah merasakan ikut kompetisi. ’’Saya ini sejak awal belajar inline skate bersama Jogja Slalom Skate (Joglos) sudah tidak diperbolehkan ikut kompetisi,” ujarnya.

Jadi, akhirnya Mbah Pri pun memilih rolling di jalan raya. ’’Karena saya sudah tidak bisa ikut kompetisi, karena saat belajar sudah berusia 53 tahun dan kini sudah 64 tahun, saya berkomitmen main inline skate di jalan raya kurang lebih 2-3 jam per harinya,” tutur bapak empat anak itu.

Beberapa orang mungkin sudah banyak yang mengenal Mbah Pri dengan sepatu rodanya. Karena, pada tahun lalu, Mbah Pri sudah membuktikan bersepatu roda dari nol kilometer Yogyakarta menuju Jakarta.

Rolling tersebut dilakukan demi ikut upacara Kemerdekaan RI ke-71. Dari keunikan Mbah Pri tersebut, dia sudah wara-wiri masuk di berbagai media cetak, televisi, maupun online. 

Tampilannya sangat khas, berkacamata frame bulat besar, jenggot panjang, dan rambut gondrong bagian belakang. Tidak terlihat rasa capai di raut wajahnya, dia merupakan sosok yang humoris. Rencananya, dia akan bermalam dulu di Bojonegoro, lalu besok (hari ini, Red) akan melanjutkan perjalanannya menuju Surabaya.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru


/