SHE – TIDAK ada rasa gengsi di dalam diri Nirma Kartika ketika harus ke sawah, panas-panasan demi membantu ayahnya. Karena gengsi hanya membuang tenaga dan tidak ada manfaatnya. Gadis asal Kecamatan Kedewan tersebut justru nyaman ikut ke sawah, karena biar bagaimanapun sawah-sawah ayahnya itulah yang bisa membuatnya kuliah.
“Kalau saya gengsi, justru saya yang tidak tahu terima kasih kepada orang tua saya yang membesarkan saya dengan berprofesi sebagai petani,” jelas Nirma, sapaan akrabnya.
Biasanya ketika akhir pekan, Nirma sepanjang hari di rumah, karena Senin-Kamis dia tinggal di kos. Saat di rumah waktunya buat membantu orang tua. Jadi, kalau saat itu sedang musim tanam jagung, Nirma ikut membantu di sawah.
“Lalu kalau waktu memberi pupuk juga ikut membantu, begitu pun saat musim panen juga ikut bantuin,” kata gadis kelahiran 1998 itu.Bahkan, mahasiswi STIE Cendekia Bojonegoro itu terkadang ketika bertemu tetangga ditertawakan.
Baginya hal seperti itu sudah biasa. Perlu adanya refleksi diri, kalau semisal anak-anak muda enggan bertani, lalu siapa yang melanjutkannya? Sehingga, Nirma hanya membalasnya dengan senyuman.
“Anak kuliahan kok mau panas-panasan di sawah,” ucapnya menirukan orang yang menertawakannya. Selain itu, ada juga yang bilang Nirma itu belum pintar karena masih mau ke sawah. “Sebab menurut dia kalau saya sudah pintar pasti tidak akan mau ke sawah,” jelasnya.
Dia pun sebagai anak desa dan dari keluarga sederhana, selalu berusaha tidak menjadi anak muda yang mudah sekali gengsi buat bantu orang tua di sawah. Menurut dia, daripada diam saja di rumah tidak jelas, lebih baik bantu orang tua sekuat kemampuan diri kita masing-masing.
Selain itu, Nirma juga punya kegiatan lain, yakni aktif di dalam UKM pecinta alam dan musik di kampusnya. “Lagi hobi mendaki sih sekarang, tapi masih amatiran, jadi ingin tambah terus jam terbang,” pungkasnya.