LAMONGAN, Radar Lamongan – Suasana di Pasar Sepeda Lamongan tampak lengang, kemarin (7/1). Sebagian kios yang ada di sini sudah berubah menjadi warung kopi.
Sedangkan beberapa kios ada yang tutup. Salah satu pedagang sepeda bekas Sari’in mengatakan, beberapa waktu terakhir aktivitas di sini sepi. Sebelumnya, diakuinya, ada sembilan kios menjual sepeda bekas. Namun kini hanya ada enam kios yang masih bertahan.
‘’Tapi sebagian sering tutup. Kelihatannya ada juga yang sudah bangkrut,’’ tutur Sari’in kepada Jawa Pos Radar Lamongan.
Sari’in mengatakan, Pasar Sepeda Lamongan awalnya berada di Jalan dr. Wahidin Sudirohusodo, Lamongan. Seluruh pedagang direlokasi di Jalan Jagalan sejak Tahun 1997.
‘’Seminggu kadang-kadang cuma dua unit sepeda yang terjual. Tapi untungnya gak seberapa. Kalau sudah terpaksa, ya kita jual dengan harga yang sangat murah,’’ ucap Sari’in.
Pedagang sepeda bekas melakukan berbagai cara agar tetap bertahan. Seperti yang dilakukan Supi’i. Pria berusia 71 tahun ini aktif memasarkan sepeda bekas dagangannya via online. Meskipun mencoba memasarkan via online, sejumlah pelanggan tetap datang ke pasar untuk melihat secara langsung kondisi sepeda yang ditawarkan.
‘’Ya cuma dilihat-lihat. Kalau cocok, baru beli,’’ imbuhnya.
Supi’i mengenang, awal pandemi Covid-19 yang merebak tahun lalu, banyak masyarakat yang mengikuti tren bersepeda. Selama tiga bulan, transaksi di Pasar Sepeda Lamongan ramai.
Selain membeli sepeda bekas, penghobi sepeda juga berburu onderdil bekas. Seperti velg, stang, dan sadel. Sayangnya, tren tersebut tidak berlangsung lama. Selain itu, para pedagang juga membuka jasa servis sepeda.
‘’Tiga bulan itu lancar, ramai penjualan di sini. Setelah itu macet sampai sekarang,’’ kenangnya.
Dalam beberapa waktu terakhir, Supi’i menilai lebih banyak orang yang menjual sepeda daripada membeli. Uang hasil penjualan dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan ekonomi sehari-hari. Sepeda-sepeda bekas itu harus diperbaiki ulang supaya layak dikendarai oleh pembeli.
‘’Orang yang jual sepedanya ke sini, pasti nggak bisa dipakai lagi. Makanya dibawa ke sini, apanya yang rusak saya perbaiki. Jadi bukan sekedar cari untung. Kalau dijual apa adanya dalam kondisi rusak, siapa yang mau beli ?,’’ tuturnya.