Radar bojonegoro – Segala keterbatasan Edy Suwartono justru membuatnya selalu memutar otak. Gaji guru SD honorer tentu tidak cukup menghidupi anak dan istri. Akhirnya, pria asal Kecamatan Ngasem berburu dolar dari internet.
Berkemeja biru dan celana kain dipadu sepatu pantofel hitam, Edy Suwartono duduk santai menikmati segelas es teh di salah satu warung kopi di Jalan Basuki Rahmat. Suhu siang kemarin (5/11) membuat Edy terlihat berkali-kali mengusap dahinya berkeringat.
Menjelang sore, hujan baru turun. Edy salah satu peserta calon pegawai negeri sipil (CPNS) Bojonegoro dari formasi disabilitas yang lolos. Edy lolos menjadi CPNS guru SDN Leran IV, Kecamatan Kalitidu.
Sosoknya supel dan terlihat penuh rasa optimistis. Sebelum bertemu di warung kopi, pria asal Desa Jelu, Kecamatan Ngasem, itu mengaku baru saja menyelesaikan pember kasan CPNS. Ketika berbincang gayeng, ternyata Edy punya latar belakang menarik.
Edy sebelum lolos CPNS, sudah mengabdi sebagai guru SD honorer sejak 2005. “Sebelum lolos CPNS, saya memang sudah jadi guru SD honorer selama lima belas tahun,” tutur Edy. Edy sejak 2005 hingga awal 2019 mengajar di SDN Ngasem 4. Sekolah tersebut dimerger. Edy pindah mengajar di SDN Wadang 2, Kecamatan Ngasem hingga Juli 2019.
Tak disangka, sekarang Edy lolos rekrutmen CPNS 2019 tersebut. Karena itu, perjuangan Edy tidak selalu mulus. Kondisi keluarga sederhana, mengharuskannya putar otak menambah penghasilan dengan segala keterbatasan. Bahkan, sebelum mengalami cacat tersebut, sejak lulus dari SMAN 2 Bojonegoro pada 2005 silam, Edy sudah penasaran dengan dunia internet.
Perlahan-lahan ia belajar dengan modal laptop dan HP. Tempat tinggalnya jauh dari kota. Sehingga semua dipelajari secara otodidak via Google atau forumforum di internet. Tujuan utama mendalami dunia internet, Edy ingin dapat uang dari internet. “Pemantik utamanya ingin dapat uang dari internet, makanya saya belajar terus-menerus via forum-forum,” jelasnya.
Karena awal-awal jadi guru SD honorer pada 2005 itu hanya Rp 100 ribu per bulan. Tentu angka jauh dari kata sejahtera. Tekad sekuat tenaga itu akhirnya Edy mampu menghasilkan uang dari internet sejak 2007. “Kala itu, saya bermain shortlink. Penghasilannya dolar dari jumlah impresi orang membuka link dari saya. Istilahnya cost per mile (CPM),” bebernya.
Penghasilan dari internet secara perlahan mengalami peningkatan. Namun, menurutnya, hasil dari shortlink tidak sepadan dengan waktu dan tenaga terbuang. Pada 2008, Edy mulai mengenal Google Adsense. Edy memulai memonetisasi blog pribadinya.
Hasil yang ia dapat dapat dari internet sudah cukup lumayan dan memang menjadi penghasilan utamanya. Karena tidak mungkin mengandalkan gaji guru honorer. Hingga Edy pun menikah pada 2009 dan sudah memiliki satu anak yang kini berusia 10 tahun.
Namun, tak dinyana pada 2010 Edy tertimpa musibah. Berawal dari keseleo saat bertani di sawah. Punggung sebelah kanan sakit. Lalu dibawa ke tukang pijat. Bukan sembuh yang didapat, justru makin parah. Edy sempat mengalami lumpuh selama dua bulan.
“Dua bulan itu saya hanya bisa berbaring di kasur. Ketika dibawa ke RSUD, kata dokter ada saraf di punggung terjepit,” katanya. Selanjutnya, Edy menjalani terapi alternatif hingga berangsur-angsur sembuh. Namun tidak bisa sembuh total. Kaki kanannya ketika digunakan berjalan hanya mampu diseret, tidak bisa kembali sedia kala. Tapi, bisa saja pulih dengan cara dioperasi.
“Jadi terkait disabilitas yang saya miliki tidak sejak lahir, mulainya ya 2010 itu. Sekarang kalau jalan ya nyeret-nyeret gitu,” tambahnya. Musibah tersebut tak membuatnya putus asa. Justru, Edy makin dikenal di jagat maya dengan menggunakan nama samaran Kang Ambon. Edy menjadi penyedia jasa peladen secure shell connection (SSH). Semua itu terjadi karena rasa ingin tahu tinggi, Edy tak ingin berhenti belajar di dunia internet.
“Setelah main shortlink, blog, dan SSH. Saya terjun menjadi android developer. Saya bikin aplikasi-aplikasi android, lalu saya monetisasi Google Adsense,” imbuhnya. Hasil dari aplikasi-aplikasi android dibuat, rerata per bulan pemasukannya Rp 3 juta hingga Rp 4 juta. Bahkan, pernah tembus Rp 9 juta per bulan.
Karena memang orientasinya mencari uang dari internet, aplikasi yang dibuat memang menyesuaikan tren di masyarakat. “Seperti contohnya lagi rame tokoh atau film atau game, saya buat aplikasi wallpaper. Setelah nanti aplikasi diunduh, iklan di aplikasi ditonton penggunanya, saya dapat uang,” katanya.
Hasil dari internet itu dipakai menghidupi keluarganya dan kuliah. Edy memang baru menuntaskan studi S-1 jurusan pendidikan guru sekolah dasar (PGSD) Universitas W.R. Supratman Surabaya pada 2019 lalu. Sehingga dia kali pertama ikut rekrutmen CPNS 2019 dan lolos.
Pada formasi disabilitas guru SDN Leran IV hanya Edy yang mendaftar. Sehingga, Edy hanya mengupayakan lolos tes seleksi kompetensi dasar (SKD) dengan nilai 300. Karena tidak ada pesaing, tes seleksi kompetensi bidang (SKB) bisa dibilang hanya formalitas. Edy mendapat nilai 205 pada tes SKB.
Sementara itu, Edy mulai 2018 lalu juga merambah dunia YouTube. Jumlah subscriber-nya kini sudah tembus 40 ribu. Kontennya beragam, intinya fokus membaca peluang dan mengikuti tren di YouTube. Ke depannya, meski sudah menjadi CPNS, Edy tetap tidak akan meninggalkan dunia internet untuk menambah penghasilannya