TUBAN – Ada yang tidak biasa pada sembahyang ching bing atau sembahyang arwah di makam dan perabuan Wire, Kelurahan Gedongombo, Kecamatan Semanding kemarin (5/4) pagi. Yakni, berkumpulnya dua tokoh pendiri Konghucu di Tuban, Hanjono Tanzah dan Alim Sugiantoro bersama koordinator agama Konghucu Tempat Ibadah Tri Darma (TITD) Kwan Sing Bio Tuban Bambang Djoko Santoso.
Ketiganya terlihat bercengkrama akrab. Sejumlah spekulasi pun berkembang terkait pertemuan tersebut. Mulai nostalgia terhadap tokoh-tokoh Konghucu pendahulu mereka yang kini telah tiada hingga konsolidasi tiga tokoh tersebut. ”Ketemunya tiga tokoh tersebut dalam satu forum tidaklah biasa. Sepertinya ada agenda besar di balik itu,” ujar salah satu umat yang keberatan namanya dikorankan.
Dikonfirmasi Jawa Pos Radar Tuban, Bambang Djoko Santoso mengatakan, pertemuannya dengan dua tokoh pendiri Konghucu itu untuk menunjukkan eksistensi kegiatan keagamaan Konghucu pasca keluarnya rohaniawan Antonius Ong dari kelenteng. ”Sekarang ini, kita menunjukkan ritual yang sebenarnya,” ujar dia.
Hanjono mengatakan pertemuan tersebut juga untuk memperlihatkan kekompakan tokoh Konghucu dan agama Konghucu di Tuban. ”Siapa pun koordinatornya, Konghucu tetap abadi,” ujar dia.
Hanjono mengaku dirinya yang mendirikan bebaktian Konghucu di
Tempat Ibadah Tri Darma (TITD) Kwan Sing Bio sejak tahun 80-an dan kemudian disusul ching bing.
Dikonfirmasi terpisah, Alim Sugiantoro berfilosofi. Dikatakan dia, salah satu ajaran Konghucu adalah seleh (merendah, Red). Makna kata tersebut pada intinya adalah mengetahui hakekat perkara, setelah itu baru bisa koreksi diri. ”Dengan begitu, hidup bisa tenang dan damai,” ujar dia.
Ching bing memiliki arti terang benderang. Makna tersebut, menurut kepercayaan Konghucu dikaitkan dengan hari suci untuk berziarah atau nyadran (istilah bahasa Jawa, Red) ke makam leluhur.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap peringatan ching bing, makam-makam umat tri darma (Tao, Konghuchu, dan Budha) dipenuhi umat. Selain membersihkan makam, umat minoritas tersebut berkirim doa dengan sembahyang di depan cungkup makam. Di makam Wire, misalnya, sejak tiga hari lalu umat tri darma berbondong-bondong menuju makam.
Sementara itu, sembahyang ching bing yang diikuti sekitar 30 umat diawali dengan sembahyang fu de zheng shen di altar Tuhan. Setelah itu, dilanjutkan sembahyang di altar leluhur.