BOJONEGORO – Mirisnya dampak kecanduan handphone (HP) bagi anak-anak di Bojonegoro menjadi alarm peringatan bagi orang tua. Mulai melakukan tindak kriminal, hingga melihat konten negatif berdampak perilaku anak yang berkeinginan berbuat tindak asusila.
Semua pihak menyerukan agar ada gerakan bersama terkait pembatasan anak memakai HP. Sebaliknya, memakai HP untuk tugas-tugas berbasis sekolah kreatif dan karya.
Ketua Forum Anak Bojonegoro (Fobo) Naftaly Paskah Pramudya Putra mengatakan, ketegasan dari orang tua menjadi kunci utama. Sebagai orang terdekat dengan anak, tentunya meniru tingkah laku orang tua adalah sesuatu yang pasti.
Disinggung kebiasaan orang tua yang sering melihat gawai di depan anak? Dio, sapaan akrabnya, menjelaskan sebenarnya hal itu tidak dapat dihindari. Kesibukan padat biasanya menjadi momok utama orang tua sering berselancar dengan gawai di depan anak-anak.
Tapi, lanjutnya, lagi-lagi sebisa mungkin orang tua tidak selalu bermain gawai di depan anak-anak. Dio mencontohkan, saat keluar bersama keluarga, saat makan bersama, dan saat bercerita usahakan tidak memegang gawai sama sekali.
“Hal-hal kecil seperti itu membuat anak paham dan tahu. Ternyata di samping kesibukan pekerjaan orang tua, selalu ada waktu untuk mereka,” ucapnya.
Dio menjelaskan, kecanduan HP bisa disebabkan karena anak diberi hak memiliki HP sejak kecil. Saat ini, anak berumur 7 tahun sudah sangat paham cara bermain game online dan mengakses internet di HP masing-masing.
Selain itu, kurangnya sikap interaksi sosial menjadi hal yang sangat memengaruhi kecanduan HP saat ini. “Saat saya kecil, saya lebih sering bermain bersama teman dan memainkan permainan tradisional. Sedangkan, sekarang anak-anak lebih suka bermain HP masing masing,” katanya.
Kecanduan HP sejak dini memiliki dampak negatif yang besar. Baik itu kurang mampunya anak untuk bersosialisasi, mata mudah rusak hingga perbuatan asusila dan kriminal.
Dio mengatakan, peran sebagai orang terdekat tentunya membatasi penggunaan anak bermain HP. Dan mengenalkan kembali anak-anak pada lingkungan sekitar dan mengajaknya berinteraksi sebanyak mungkin.
“Sehingga waktu bermain HP jadi semakin sedikit dan mengurangi kecanduan,” paparnya.
Ketua Komunitas Kampung Dongeng Bojonegoro Agung Budiono menambahkan, yang bisa dilakukan orang tua terhadap anak kecanduan gadget (HP) hanya sebatas membatasi penggunaan. Menurutnya, melarang sepenuhnya penggunaan HP sangat susah dilakukan. Apalagi sudah diperkenalkan sejak dini.
Budi, sapaan akrabnya mengatakan, sekarang ada banyak aplikasi membatasi anak mengakses konten negatif baik dari Google atau aplikasi yang lain. Untuk itu semakin canggih kemampuan anak, orang tua juga harus mengikuti perkembangan teknologi.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Bojonegoro Kusnandaka Tjatur mengatakan, pemberitaan terkait anak kecanduan HP ini menjadi pelajaran berharga. Tentu, menjadi alarm agar orang tua bisa me-manage anak ketika menggunakan HP.
Gerakan pembatasan HP juga diperlukan. Termasuk bagaimana mencari upaya agar anak bermain HP tersebut tidak digunakan hal yang negatif. Misalnya, kata dia, menerapkan setiap sore dan malam, agar HP dimatikan. Sehingga anak tidak bisa bermain. Sebaliknya mengajak anak berkomunikasi. Dan, anak boleh mengakses internet ketika hari libur, atau Minggu.
Dia menyarankan agar para pendidik atau guru bisa memberikan tugas kepada siswa yang kreatif. Sehingga, anak memakai HP tersebut untuk mengerjakan tugas berbasis digital yang bermanfaat.