25.2 C
Bojonegoro
Thursday, June 1, 2023

Apotek Menyebar, Konsumsi Obat Meningkat

- Advertisement -

BOJONEGORO – Keberadaan apotek semakin merajalela. Ini bukti warga membutuhkan dan konsumtif obat-obatan. Terutama menjelang Ramadan, konsumsi obat maag semakin meningkat. Obat-obatan yang dijual semakin bebas, tentu pihak supplier semakin gencar mendistribusi ragam obat-obatannnya.

Berdasar data Dinas Kesehatan (Dinkes) Bojonegoro, tahun ini terdapat 103 apotek di seluruh kabupaten. Jumlah itu bertambah, 10 apotek dibanding pada 2018, sebanyak 93 unit. Sedangkan, apotek yang tutup tahun lalu, ada dua unit.

Kepala Seksi (Kasi) Kefarmasian Dinkes Kartini mengatakan, jumlah pendirian apotek tiap tahun banyak mengalami buka dan tutup. Alasannya, dalam transaksi penjualannya ternyata ada yang tidak laku.

‘’Jadi untuk mengatasi peredaran obat-obatan kedaluwarsa, apotek yang tidak laku akan ditutup,’’ katanya kemarin (4/5).

Tahun lalu, ada dua apotek terpaksa tutup. Masing-masing lokasi di Kecamatan Gondang dan Kecamatan Kalitidu. Alasannya, lokasi apotek yang tidak strategis dan penjualan yang sedikit. ‘’Jadi stok obatnya dipindah ke apotek lain agar laku dan tidak kedaluwarsa,’’ tuturnya.

- Advertisement -

Sementara, apoteker yang bertanggung jawab biasanya akan pindah ke lain tempat. Dia mengklaim, dinkes intens sidak untuk antisipasi apotek tidak laku agar potensi obat kedaluwarsa dapat dihindari. Sebagai syarat utama, lanjut Kartini, setiap apotek harus memiliki apoteker. 

‘’Jika tidak ada apoteker, apotek tidak boleh berdiri. Itu syarat tegasnya.

Namun, Kartini memastikan, selama ini kita belum menemukan apotek yang tidak ada apoteker. Namun selama bulan puasa, intensitas kegiatan sidak apotek akan dikurangi. Sementara kunjungan apotek akan dilakukan di seputaran kota saja.

‘’Data apotek potensi tutup atau buka akan terus di-update,’’ terangnya.

BOJONEGORO – Keberadaan apotek semakin merajalela. Ini bukti warga membutuhkan dan konsumtif obat-obatan. Terutama menjelang Ramadan, konsumsi obat maag semakin meningkat. Obat-obatan yang dijual semakin bebas, tentu pihak supplier semakin gencar mendistribusi ragam obat-obatannnya.

Berdasar data Dinas Kesehatan (Dinkes) Bojonegoro, tahun ini terdapat 103 apotek di seluruh kabupaten. Jumlah itu bertambah, 10 apotek dibanding pada 2018, sebanyak 93 unit. Sedangkan, apotek yang tutup tahun lalu, ada dua unit.

Kepala Seksi (Kasi) Kefarmasian Dinkes Kartini mengatakan, jumlah pendirian apotek tiap tahun banyak mengalami buka dan tutup. Alasannya, dalam transaksi penjualannya ternyata ada yang tidak laku.

‘’Jadi untuk mengatasi peredaran obat-obatan kedaluwarsa, apotek yang tidak laku akan ditutup,’’ katanya kemarin (4/5).

Tahun lalu, ada dua apotek terpaksa tutup. Masing-masing lokasi di Kecamatan Gondang dan Kecamatan Kalitidu. Alasannya, lokasi apotek yang tidak strategis dan penjualan yang sedikit. ‘’Jadi stok obatnya dipindah ke apotek lain agar laku dan tidak kedaluwarsa,’’ tuturnya.

- Advertisement -

Sementara, apoteker yang bertanggung jawab biasanya akan pindah ke lain tempat. Dia mengklaim, dinkes intens sidak untuk antisipasi apotek tidak laku agar potensi obat kedaluwarsa dapat dihindari. Sebagai syarat utama, lanjut Kartini, setiap apotek harus memiliki apoteker. 

‘’Jika tidak ada apoteker, apotek tidak boleh berdiri. Itu syarat tegasnya.

Namun, Kartini memastikan, selama ini kita belum menemukan apotek yang tidak ada apoteker. Namun selama bulan puasa, intensitas kegiatan sidak apotek akan dikurangi. Sementara kunjungan apotek akan dilakukan di seputaran kota saja.

‘’Data apotek potensi tutup atau buka akan terus di-update,’’ terangnya.

Artikel Terkait

Most Read

Divonis 6,5 Tahun

Mutasi Pejabat Berpengaruh Tensi Pilbup

Artikel Terbaru


/