Eliza Zuraida Zen tak bisa lepas mendaki gunung meski sibuk dalam aktivitasnya. Sebulan sekali masih menapaki jalan menuju puncak gunung. Uniknya, terkadang mengajak anaknya menghirup udara puncak.
ELIZA Zuraida Zen sibuk di kantornya ketika ditemui Jawa Pos Radar Bojonegoro kemarin siang (4/1). Ibu dua anak itu sejenak rehat dari akvititasnya yang padat. Di balik kesibukannya, Rida sapaan akrabnya ternyata mencatat dalam kalendernya sebulan atau dua bulan sekali mendaki gunung.
Masih rutin mendaki gunung meski memiliki dua anak. Seakan Rida ingin meneguhkan gen mendaki gunung sebagai tradisi keluarganya. Tentu tradisi sejak masih muda itu tetap berlanjut dalam keluarganya. Kebetuulan suaminya juga hobi naik gunung. Bahkan, sebulan dua kali selalu berangkat mendaki.
‘’Kalau saya tidak bisa dua minggu. Biasanya sebulan sekali,’’ jelasnya dengan santai.
Ibu kelahiran 1987 silam itu seperti sudah menjiwai kegiatan mendaki gunung. Merayapi tebing seakan sudah melekat. Menapaki lembah seakan memikat. Rida menemukan itu setelah menapai beberapa gunung. Mulai Gunung Merbabu, Rinjani, Manglayang, Penanggungan, hingga Gunung Andong di Jawa Tengah. ‘’Paling bagus menurut saya adalah Gunung Rinjani. Puncaknya yang tinggi dan lama sekali,’’ ungkap dia.
Keseruan mendaki gunung seakan tak ingin berhenti meski sudah memiliki dua anak. Kini, ibu sebagai aparatur sipil negara (ASN) di Pemkab Bojonegoro ini mulai mengajak anaknya masih berusia 8 tahun untuk mendaki.
Hal itu dilakukan agar anaknya juga kuat dan menyukai mendaki gunung. Namun, ternyata tidak mudah mengajak anak ikut mendaki. Terakhir Rida mengajak anaknya masih duduk di bangku kelas 3 sekolah dasar (SD) pada 9 Oktober tahun lalu. Mendaki ke Gunung Merbabu.
‘’Kalau mengajak anak ya tidak bisa sering-sering,’’ tuturnya.
Ada keseruan tersendiri. Namun, juga ada tantangan. Yakni anak tidak selalu kuat mendaki. ‘’Tetap banyak digendong. Namanya juga anak-anak,’’ ujarnya dengan tersenyum.
Rida sudah merasakan tantangan mengajak anaknya mendaki. Saat sampai di atas dengan udara dingin, kerap anaknya merasa lemas. Itu membuatnya tidak bisa jalan. Jika dirinya dan suaminya tidak kuat menggendong, Rida meminta bantuan temannya untuk membopong anaknya.
‘’Pernah kejadian saat anak saya digendong teman salah jalan. Untung ketemu saat dicari,’’ ujarnya dengan tertawa tipis.
Banyak pengalaman seru selama pendakian. Selain menikmati alam yang indah, mendaki gunung juga bisa refresh pikiran setelah disibukkan rutinitas. Baginya, mendaki gunung mempererat tali persudaraan. Sesama pendaki biasanya rasa saling melindungi sangat tinggi.
Selain tren mengajak anak, ternyata mendaki kini menjadi hobi lintas usia. Kerap kali menemui orang tua masih kuat mendaki. Terakhir Rida bertemu nenek berusia 64 tahun masih kuat mendaki Gunung Rinjani. Itu justru memacu semangatnya untuk terus naik gunung.
Mencapai puncak Gunung Rinjani diperlukan perjuangan tidak ringan. Perjalannya memakan waktu 15 jam untuk sampai puncak. Pertama adalah perjalanan sampai base camp selama 9 jam. Berlanjut ke puncak selama 6 jam. ‘’Itu dimulai pukul 2 dini hari baru sampai pukul 8 pagi,’’ tuturnya.
Udara dingin mencekat menjadi tantangan tersendiri. Belum lagi mata masih mengantuk membuat perjalanan terasa tidak mudah. Tapi, itu harga yang harus dibayar jika ingin sampai puncak. Mengagumi ciptaan Tuhan lebih dekat menjadi alasan tersendiri tak henti mendaki. Dari ketinggian keindahan alam akan tampak memesona.