26.2 C
Bojonegoro
Tuesday, March 28, 2023

Ada Misteri Mata Air Tertutup

- Advertisement -

LAMONGAN – Sumber air Waduk Prijetan tidak hanya berasal dari hujan. Ada sumber air Gronggong, Gandang, Girik, Tiwung, dan Tlemang. Bahkan, konon ada sumber mata air di tengah waduk yang sangat besar. Namun, sumber itu ditutup demi kelanjutan pembangunan.

Terik matahari cukup menyengat di wilayah Kecamatan Kedungpring.   Sejumlah pohon besar yang berdiri, tidak bisa menawarkan kesejukan. Seorang pria tua berpostur tinggi dan beruban menyisir lereng waduk di sebuah perkampungan sekitar 1 kilometer dari lokasi Waduk Prijetan, masih di wilayah Desa Tenggerejo, Kedungpring.

Siti Saipin, nama pria tersebut, sudah mendengar wilayahnya akan kedatangan cicit dari ratu Belanda yang membangun Waduk Prijetan.  Waduk Prijetan dibangun pada masa pemerintahan Ratu Juliana, putri dari Ratu Wihelmina.

Selama kepemimpinannya, Ratu Juliana terus mencari terobosan untuk meningkatkan pertanian Indonesia. Setelah melihat proses pengerjaan Waduk Pacal Bojonegoro, ratu mulai mencari lokasi searah untuk pembangunannya. Sang ratu mulai menemukan lokasi waduk pada 1905. Pembangunan tidak bisa langsung dilakukan. Ratu harus memerbaiki infrastruktur untuk memermudah pengangkutan material.

Pada 1905, awalnya dibangun jalan penghubung jurusan Lori- Dradah arah Babat-Jombang. Jalan tersebut disambungkan ke wilayah waduk untuk mempermudah pengangkutan material.

- Advertisement -

Setelah itu, dibangun toren dan tempat tinggal para pekerja. Karena termasuk wilayah hutan, pekerja harus melakukan penebangan lebih dulu di wilayah waduk. Selama proses penebangan, Saipin mendengarkan cerita dari para orang tua dulu tentang adanya beberapa kejadian yang disebutnya mistis dan menghambat pengerjaan.

Bahkan, saat pembangunannya terdapat satu sumber yang konon mengeluarkan mata air sangat besar. Akibatnya proses pembuatan bendungan sulit dilakukan. Mata air tersebut terpaksa ditutup oleh Belanda. “Lokasi tepat sumber tersebut belum diketahui, tapi jika ditemukan akan memberikan sumber air luar biasa,” ujarnya.

Seluruh pekerja dibayar sesuai pekerjaannya. Seluruh proses pengerjaannya dilakukan secara manual. Waduk tersebut akhirnya diresmikan pada 1917. Pembangunan waduk dan salurannya sampai saat ini tidak banyak mengalami perubahan.

Waduk ini agaknya memiliki sejarah rumit terkait kewenangan kekuasaan wilayah. Letak waduk tersebut berada di Desa Girik (Ngimbang), Desa Tenggerejo dan Mlati (Kedungpring).

Wilayah timur, selatan, dan barat merupakan tanah Perhutani. Sedangkan wilayah utara masuk Desa Mlati. Secara peta, lokasi waduk berada di wilayah Tenggerejo.

Sejarah Waduk Prijetan banyak mendapatkan bumbu pada perkembangannya. Sumber – sumber sejarah memang sulit dicari, namun bukti fisik tahun serta peta dapat dijadikan sebagai sumber utamanya. Sebab, sesepuh bukan menjadi saksi nyata dari pembangunannya. Hanya memeroleh cerita dari orang – orang sebelumnya, yang sudah meninggal. Namun, keberadaan Waduk Prijetan sudah jelas sangat membantu masyarakat sekitar.

LAMONGAN – Sumber air Waduk Prijetan tidak hanya berasal dari hujan. Ada sumber air Gronggong, Gandang, Girik, Tiwung, dan Tlemang. Bahkan, konon ada sumber mata air di tengah waduk yang sangat besar. Namun, sumber itu ditutup demi kelanjutan pembangunan.

Terik matahari cukup menyengat di wilayah Kecamatan Kedungpring.   Sejumlah pohon besar yang berdiri, tidak bisa menawarkan kesejukan. Seorang pria tua berpostur tinggi dan beruban menyisir lereng waduk di sebuah perkampungan sekitar 1 kilometer dari lokasi Waduk Prijetan, masih di wilayah Desa Tenggerejo, Kedungpring.

Siti Saipin, nama pria tersebut, sudah mendengar wilayahnya akan kedatangan cicit dari ratu Belanda yang membangun Waduk Prijetan.  Waduk Prijetan dibangun pada masa pemerintahan Ratu Juliana, putri dari Ratu Wihelmina.

Selama kepemimpinannya, Ratu Juliana terus mencari terobosan untuk meningkatkan pertanian Indonesia. Setelah melihat proses pengerjaan Waduk Pacal Bojonegoro, ratu mulai mencari lokasi searah untuk pembangunannya. Sang ratu mulai menemukan lokasi waduk pada 1905. Pembangunan tidak bisa langsung dilakukan. Ratu harus memerbaiki infrastruktur untuk memermudah pengangkutan material.

Pada 1905, awalnya dibangun jalan penghubung jurusan Lori- Dradah arah Babat-Jombang. Jalan tersebut disambungkan ke wilayah waduk untuk mempermudah pengangkutan material.

- Advertisement -

Setelah itu, dibangun toren dan tempat tinggal para pekerja. Karena termasuk wilayah hutan, pekerja harus melakukan penebangan lebih dulu di wilayah waduk. Selama proses penebangan, Saipin mendengarkan cerita dari para orang tua dulu tentang adanya beberapa kejadian yang disebutnya mistis dan menghambat pengerjaan.

Bahkan, saat pembangunannya terdapat satu sumber yang konon mengeluarkan mata air sangat besar. Akibatnya proses pembuatan bendungan sulit dilakukan. Mata air tersebut terpaksa ditutup oleh Belanda. “Lokasi tepat sumber tersebut belum diketahui, tapi jika ditemukan akan memberikan sumber air luar biasa,” ujarnya.

Seluruh pekerja dibayar sesuai pekerjaannya. Seluruh proses pengerjaannya dilakukan secara manual. Waduk tersebut akhirnya diresmikan pada 1917. Pembangunan waduk dan salurannya sampai saat ini tidak banyak mengalami perubahan.

Waduk ini agaknya memiliki sejarah rumit terkait kewenangan kekuasaan wilayah. Letak waduk tersebut berada di Desa Girik (Ngimbang), Desa Tenggerejo dan Mlati (Kedungpring).

Wilayah timur, selatan, dan barat merupakan tanah Perhutani. Sedangkan wilayah utara masuk Desa Mlati. Secara peta, lokasi waduk berada di wilayah Tenggerejo.

Sejarah Waduk Prijetan banyak mendapatkan bumbu pada perkembangannya. Sumber – sumber sejarah memang sulit dicari, namun bukti fisik tahun serta peta dapat dijadikan sebagai sumber utamanya. Sebab, sesepuh bukan menjadi saksi nyata dari pembangunannya. Hanya memeroleh cerita dari orang – orang sebelumnya, yang sudah meninggal. Namun, keberadaan Waduk Prijetan sudah jelas sangat membantu masyarakat sekitar.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

Ingin Jadi Akuntan

Sudah Terima Nama 623 CJH

Tayub Blora Masih Eksis


/