Tak banyak seorang sarjana banting setir bekerja yang bukan keilmuannya. Syah Azis salah satunya. Bertitel sarjana teologi, justru menekuni dunia bisnis.
————————–
AMRULLAH AM., Blora
————————–
AZIS tak begitu sibuk usai magrib. Ketika ditemui Azis terlihat santai di rumahnya di Desa Trembul, Kecamatan Ngawen.
Sebuah desa cukup berdekatan dengan industri minyak dan gas (migas). Di desa itulah pemuda 28 tahun ini menjalankan usahanya sektor furniture minimalis.
Tentu, furniture mengandalkan kayu jati.
Sebelum menekuni sebagai seorang pengusaha, Azis pernah menekuni pekerjaan di sebuah pabrik bola di Sidoarjo, Jawa Timur. P
adahal, sejatinya dia seorang sarjana teologi. Mendengar gelar sarjananya saja, kadang orang sedikit merinding.
Sebab, ilmu teologi itu cukup banyak membincangkan tentang ketuhanan maupun filsafat.
Azis pernah menjadi seorang santri di Negeri Jiran Malaysia. Dia pun turut kuliah diploma di sana. ‘’Saya di Makhad Al Ihsaniah,’’ katanya.
Setahun berkuliah, persisnya pada 2007 melanjutkan kuliah di Medan, persisnya kampus UIN Sumatera Utara.
Di sana dia pun tetap mengambil jurusan teologi. Penuh perjuangan saat Azis harus menyelesaikan studi sarjananya.
Apalagi, setelah lulus pun harus pulang dan mengadu nasib lagi. ‘’Pulang dari Medan 2012,’’ terang dia.
Saat di rumah, Azis pun tak bergegas menekuni bisnisnya sekarang. Dia lebih dahulu menjalani profesi sebagai peternak.
Bukan tanpa sebab dia menggeluti dunia ternak. Sebab, kakek hingga orang tuanya menggeluti dunia tersebut.
Tentu, dia tak kesulitan untuk belajar berternak. Menjalani sebagai peternak akhirnya dia pernah diangkat menjadi setingkat manajer di sebuah peternakan di Majalengka, Jawa Barat. ‘’Saat itu saya mengelola ternak, ada puluhan,’’ ucapnya.
Bukan menjadi soal meski dirinya adalah seorang sarjana teologi lalu terjun di dunia perternakan.
Aziz pun melompat di sebuah perusahaan memproduksi bola di Sidoarjo. Dia tercatat sebagai desainer di perusahaan itu.
Nah, di perusahaan itu juga dia menemukan menjadi pengusaha furniture.
Jiwanya sebagai seorang pengusaha sudah terlihat. ‘’Saya memang kurang pas kalau kerja di kantoran,’’ ucapnya dengan senyum.