Harry Lasak, 42, dikenal sebagai perupa berkeahlian membuat relief dan lukisan. Dia tidak mudah menyerah dalam mengerjakan karya-karya seni rupa.
Harry Lasak selalu menyempatkan waktu untuk melukis saat malam hari.
‘’Minimal saya baru tidur pukul 00.00. Dari malam sampai dinihari, saya melukis. Lukisan tema apa saja pasti saya buat,’’ ujarnya kepada Jawa Pos Radar Lamongan, kemarin (2/11).
Sejak kecil Harry memiliki bakat menggambar. Usai menamatkan pendidikan di bangku SMA, dia memutuskan untuk merantau ke Malaysia. Di sana, dirinya bekerja di sebuah perusahaan jasa relief.
Saat diminta mengerjakan relief di rumah salah seorang customer, Harry tidak menyangka bahwa sang pemilik rumah merupakan pelukis terkenal di Malaysia. Yakni Patrick Lasak.
‘’Saat ketemu Patrick pertama kali, beliau nggak cerita kalau dirinya seorang pelukis. Cuma saya curiga di rumahnya kok banyak lukisan, cat, dan kuas. Ternyata beliau adalah seorang pelukis ternama. Saat itu juga semangat melukis saya timbul dan beliau mau mengajari saya. Sekitar tahun 2008,’’ kenangnya.
Bersama Patrick, Harry banyak belajar tentang lukisan realis dan teknik palet. Dia bahkan juga dibekali cat, palet, dan kanvas untuk berlatih.
Harry tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan belajar itu. Karena dinilai berbakat, pria berusia 42 tahun ini lantas diangkat menjadi asisten Patrick. ‘’Beliau banyak minta tolong untuk dibikinkan relief. Yang desain dia, saya yang bikin reliefnya. Belajar dengan beliau selama empat tahun. Saya sering diajak ke pameran seni rupa dan mengajar di perguruan tinggi khusus kesenian. Senang rasanya bisa bertemu professor seni lukis di sana,’’ tuturnya.
Selain pengetahuannya bertambah, lukisan-lukisan Harry juga laku di Negeri Jiran itu. Dia juga memeroleh gaji dari Patrick. Meskipun aktif sebagai pelukis, Harry tetap bekerja di perusahaan jasa relief karena pendapatannya lebih besar.
‘’Dengan Patrick, yang saya kejar itu ilmunya. Bukan uangnya,’’ tuturnya.
Pada 2015, Harry memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya di Desa Labuhan, Kecamatan Brondong. Selain itu, Patrick juga telah meninggal dunia. Dia teringat dengan pesan sang guru agar tetap berkarir di dunia seni rupa.
‘’Beliau bilang begini, di Malaysia sudah ada Patrick Lasak, di Indonesia harus ada Harry Lasak. Makanya saya pakai nama Harry Lasak sebagai nama panggung,’’ terang pria bernama asli Buang Heryanto ini.
Setelah kembali di Lamongan, Harry sempat kesulitan mencari kerja. Selama empat tahun, dia vakum melukis. Ketika bertemu seorang teman yang sesama pelukis, semangat berkaryanya timbul lagi. Bahkan, pada 2018 Harry pertama kali mengikuti pameran Sili Obong II yang diselenggarakan Komunitas Perupa Lamongan (Kospela).
‘’Bulan Desember besok rencananya mau ikut pameran lagi,’’ ujarnya.
Hingga saat ini, Harry belum menemukan karakteristik lukisan karyanya. Dia masih mengeksplor berbagai genre lukisan. Beberapa waktu terakhir, Harry banyak memproduksi lukisan naturalis. Di sela-sela itu, dia juga masih mengerjakan pesanan relief.
‘’Paling sering justru lukis mural di kafe atau rumah-rumah. Sekarang lebih banyak bikin relief semen untuk tembok,’’ ujarnya.
Bagi Harry, menekuni dua bidang seni rupa yang berbeda, membuat relief dan lukisan, membutuhkan ketelitian detail.
‘’Kalau lagi gambar saling ingat medianya. Mau di batu, semen, atau kanvas sama-sama butuh ketelitian detail. Dan saya orangnya nggak gampang nyerah. Kalau mau bikin sesuatu lalu nggak bisa, saya akan coba terus bikin. Tak kenal putus asa. Apa saja harus bisa,’’ ungkapnya.
Dia menambahkan, membuat lukisan lebih lama dibanding membuat relief. ‘’Kalau lukisan sudah jadi, pasti saya nggak mau langsung tanda tangan. Karena pasti ada perubahan. Kurang ini, kurang itu. Pokoknya pingin maksimal,’’ imbuhnya.
Meskipun proses pembuatannya membutuhkan waktu lebih lama, Harry tetap lebih suka melukis.
‘’Lebih ringan buatnya. Pemasarannya bisa lewat medsos (media sosial). Kalau relief, mungkin dua atau tiga bulan baru ada pesanan. Misalnya tidak ada pesanan lukisan atau relief yang masuk, ternyata ada job bikin mural yang masuk. Selalu ada saja rezekinya,’’ tuturnya sembari tersenyum.