31.1 C
Bojonegoro
Thursday, June 1, 2023

Yua Piyur Alifah, Siswi SMAN Gelar Perpustakaan Berkonsep Camping

- Advertisement -

MINGGU pagi (17/2), menjadi hari berbeda dilakukan Yua Piyur Alifah. Siswi SMAN 1 Padangan itu bertekad membuka lapak buku di desanya. Kali pertama memajang buku bacaan di kampung halamannya di Desa Gading, Kecamatan Tambakrejo.

Alifah sapaannya ternyata gadis cerdik. Memilih lokasi yang teduh dan menyenangkan. Yakni membuka buka bacaan di sudut Waduk Rawa Gelandang. Satu per satu, anak-anak datang dan berkumpul. Lebih nyentrik, pelajar kelas XI tersebut membuka perpustakaan bertemu outdoor atau camping.

Empat alas duduk dan tenda terpasang berjajar. Di sekililing tenda, masing-masing anak sedang duduk dan menggenggam sebuah buku. Anak-anak bersama warga sibuk membaca. Ada yang membaca buku cerita, novel, ataupun buku pelajaran. Kali pertama itu, Alifah menyediakan ratusan buku.

Tekad dilakukan Alifah ini karena melihat minat baca anak-anak di desanya sangat minim. Dari situ, dia menggerakkan budaya literasi. ‘’Impian saya sejak kecil memang ingin membuat perpustakan. Sebab, sejak kecil sudah suka membaca,” katanya kepada Jawa Pos Radar Bojonegoro kemarin sore (2/3).

- Advertisement -

Sebenarnya, Desember, dia telah membuka taman baca di rumahnya. Namun, merasa lokasi kurang strategis dan sepi pengunjung, akhirnya memindahkan di waduk. ‘’Karena di waduk banyak anak-anak bermain dan memancing. Dari itu, saya pindah tempatnya,” ucap dia.

Semua peralatan miliknya sendiri. Mulai dari tenda, alas duduk, peralatan masak, dan buku. Perihal buku, dia telah mengoleksi sejak kecil. Saat ini terkumpul sekitar 150 buku. ‘’Saya membeli buku menggunakan uang tabungan sendiri. Terkadang rela tidak jajan untuk membeli buku,” ucap dia.

Setiap Minggu pagi, dia membawa koleksi bukunya ke waduk menggunakan tas carrier. Jarak rumahnya dengan waduk sekitar 500 meter. ‘’Meski tergolong dekat, saya tetap harus bolak balik mempersiapkan taman bacanya. Biasanya saya mulai pukul 08.00 sampai 13.00,” jelas dia.

Dia memiliki trik tersendiri untuk mengundang kehadiran anak-anak di taman bacanya. Yakni dengan menyulap lokasi layaknya sedang camping di pantai atau gunung. Sebab, dia memang suka mendaki gunung.

‘’Melihat dekorasi tempatnya, anak-anak jadi tertarik datang. Tapi, tidak secara langsung saya ajak membaca buku,” ucap siswi hobi mendaki ini.

Alifah mengatakan, awal-awalnya anak-anak diberikan permen, jajan atau diajak memasak makanan ala outdoor. Selain itu, Alifah mengajak anak-anak membuat origami. ‘’Kalau diajak membaca anak-anak kurang berminat. Buku cuma di bolak balik dan dilihat gambarnya saja. Jadi, harus pelan-pelan mengajaknya,” katanya. 

Menurut Alifah, membangkitkan minat baca anak-anak memerlukan waktu. Harus mengikuti alur kemauan anak lebih dulu. Setelah itu, baru diberi buku yang gambarnya banyak. ‘’Anak-anak tidak pernah lama menggegam buku. Dibolak balik, lalu ambil buku yang lain. Ya baru sekadar itu,” ucap dia.

Saat pertama membuka taman baca, pengunjung yang datang hanya satu. Namun, lama kelamaan, sekitar 20 hingga 30 anak datang dan membaca. ‘’Anak-anak yang datang berasal dari sekitaran desa,” jelas dia.

Rencanannya dia tetap membuka taman baca tersebut. Sebab, menurut dia, di Kecamatan Tambakrejo belum tersedia perpustakaan atau taman baca. ‘’Ya semoga anak-anak di desa saya dan sekitar Kecamatan Tambakrejo minat bacanya meningkat,” jelasnya.

MINGGU pagi (17/2), menjadi hari berbeda dilakukan Yua Piyur Alifah. Siswi SMAN 1 Padangan itu bertekad membuka lapak buku di desanya. Kali pertama memajang buku bacaan di kampung halamannya di Desa Gading, Kecamatan Tambakrejo.

Alifah sapaannya ternyata gadis cerdik. Memilih lokasi yang teduh dan menyenangkan. Yakni membuka buka bacaan di sudut Waduk Rawa Gelandang. Satu per satu, anak-anak datang dan berkumpul. Lebih nyentrik, pelajar kelas XI tersebut membuka perpustakaan bertemu outdoor atau camping.

Empat alas duduk dan tenda terpasang berjajar. Di sekililing tenda, masing-masing anak sedang duduk dan menggenggam sebuah buku. Anak-anak bersama warga sibuk membaca. Ada yang membaca buku cerita, novel, ataupun buku pelajaran. Kali pertama itu, Alifah menyediakan ratusan buku.

Tekad dilakukan Alifah ini karena melihat minat baca anak-anak di desanya sangat minim. Dari situ, dia menggerakkan budaya literasi. ‘’Impian saya sejak kecil memang ingin membuat perpustakan. Sebab, sejak kecil sudah suka membaca,” katanya kepada Jawa Pos Radar Bojonegoro kemarin sore (2/3).

- Advertisement -

Sebenarnya, Desember, dia telah membuka taman baca di rumahnya. Namun, merasa lokasi kurang strategis dan sepi pengunjung, akhirnya memindahkan di waduk. ‘’Karena di waduk banyak anak-anak bermain dan memancing. Dari itu, saya pindah tempatnya,” ucap dia.

Semua peralatan miliknya sendiri. Mulai dari tenda, alas duduk, peralatan masak, dan buku. Perihal buku, dia telah mengoleksi sejak kecil. Saat ini terkumpul sekitar 150 buku. ‘’Saya membeli buku menggunakan uang tabungan sendiri. Terkadang rela tidak jajan untuk membeli buku,” ucap dia.

Setiap Minggu pagi, dia membawa koleksi bukunya ke waduk menggunakan tas carrier. Jarak rumahnya dengan waduk sekitar 500 meter. ‘’Meski tergolong dekat, saya tetap harus bolak balik mempersiapkan taman bacanya. Biasanya saya mulai pukul 08.00 sampai 13.00,” jelas dia.

Dia memiliki trik tersendiri untuk mengundang kehadiran anak-anak di taman bacanya. Yakni dengan menyulap lokasi layaknya sedang camping di pantai atau gunung. Sebab, dia memang suka mendaki gunung.

‘’Melihat dekorasi tempatnya, anak-anak jadi tertarik datang. Tapi, tidak secara langsung saya ajak membaca buku,” ucap siswi hobi mendaki ini.

Alifah mengatakan, awal-awalnya anak-anak diberikan permen, jajan atau diajak memasak makanan ala outdoor. Selain itu, Alifah mengajak anak-anak membuat origami. ‘’Kalau diajak membaca anak-anak kurang berminat. Buku cuma di bolak balik dan dilihat gambarnya saja. Jadi, harus pelan-pelan mengajaknya,” katanya. 

Menurut Alifah, membangkitkan minat baca anak-anak memerlukan waktu. Harus mengikuti alur kemauan anak lebih dulu. Setelah itu, baru diberi buku yang gambarnya banyak. ‘’Anak-anak tidak pernah lama menggegam buku. Dibolak balik, lalu ambil buku yang lain. Ya baru sekadar itu,” ucap dia.

Saat pertama membuka taman baca, pengunjung yang datang hanya satu. Namun, lama kelamaan, sekitar 20 hingga 30 anak datang dan membaca. ‘’Anak-anak yang datang berasal dari sekitaran desa,” jelas dia.

Rencanannya dia tetap membuka taman baca tersebut. Sebab, menurut dia, di Kecamatan Tambakrejo belum tersedia perpustakaan atau taman baca. ‘’Ya semoga anak-anak di desa saya dan sekitar Kecamatan Tambakrejo minat bacanya meningkat,” jelasnya.

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru

Stok Kosong


/