BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Tidak semua lulusan SMA ternyata melanjutkan kuliah. Termasuk, terdapat SMA negeri yang memiliki banyak lulusan tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Hal itu mendorong SMA agar membekali siswa dengan pelatihan keahlian atau double track.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan (Cabdindik) Jawa Timur Wilayah Bojonegoro Adi Prayitno mengatakan, tahun ini mengusulkan dua SMAN menerapkan program double track. Sehingga total 20 SMAN, terdapat 11 sekolah menerapkan program vokasional itu.
’’Yaitu SMAN 1 Kepohbaru dan SMAN 1 Dander. Sudah kita ajukan dan sedang proses verifikasi,” katanya kemarin (1/8).
Menurut dia, dua SMA itu memiliki banyak lulusan tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Sehingga, adanya tambahan keterampilan terhadap siswa agar menjadi nilai plus ketika lulus. ’’Memiliki keterampilan juga terbukti melalui sertifikat yang kita berikan,” ujar Adi, sapaan akrabnya.
Meski surat resminya belum keluar, kata Adi, kedua SMAN tersebut dapat menerapkan pada tahun ajaran baru ini. Program vokasional ini telah diterapkan 11 SMAN di Bojonegoro. Rerata berada di luar perkotaan.
Sedangkan, lulusan SMAN di perkotaan atau sembilan SMAN lain masih banyak lulusannya yang melanjutkan kuliah. ’’Jika sekolah di perkotaan hendak menerapkan juga tidak masalah. Namun, tergantung kondisi sekolah beserta data lulusannya itu,” ujar mantan Kacabdindik Nganjuk itu.
Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMAN Mashadi membenarkan jika sekolah di perkotaan tak ada yang menerapkan double track. Kondisi setiap sekolah serta murid di luar atau di dalam perkotaan berbeda.
’’Di perkotaan jumlah lulusan yang kuliah masih tinggi,” kata pria kepala SMAN 2 Bojonegoro itu.
Namun, tak menutup kemungkinan jika sekolah perkotaan ingin menerapkan double track. Sebab, keterampilan vokasional berguna bagi lulusan yang hendak terjun ke dunia kerja atau wirausaha.