- Advertisement -
SHE – Sinta Efi Ulandari punya pengalaman pahit, ketika lulus sekolah pernah bekerja tanpa mendapatkan gaji dan pulang dengan tangan hampa. Bukan hanya itu, saat itu kondisi pun sakit. Perempuan asal Desa Sedeng, Kecamatan Kanor, itu memiliki cita-cita kuliah setelah lulus sekolah. Namun, mimpi itu gagal karena faktor ekonomi kurang mendukung. “Saya sempat frustasi dengan keadaan itu, karena dari dulu mimpi saya adalah bisa menempuh pendidikan setinggi mungkin,” tutur Sinta, sapaan akrabnya.
Kemudian Sinta tak terlalu berlarut-larut dalam kesedihannya. Dia pun terus mencari cara agar mampu berkuliah. Sehingga, dia pun perlahan membuka usaha konter dan peralatan tulis bersama orang tuanya di rumah. Akhirnya, hasil usahanya bisa membiayai Sinta berkuliah. “Alhamdulillah, saya bisa mewujudkan impian itu (kuliah, Red) meskipun saya terlambat selama 3 tahun,” ujar mahasiswi Unigoro itu. Menurut dia, bersedih itu sah-sah saja, tapi jangan sampai kesedihan menjadikan diri tidak bersemangat untuk mengejar cita-cita.
Bahkan, Sinta tak hanya berdagang dan kuliah. Dia juga suka dengan dunia literasi dengan banyak membaca novel dan beberapa kali ikut kompilasi cerpen anak maupun remaja. “Ketika di rumah pasti saya sempatkan menulis, karena memang saya suka sekali menulis baik itu puisi, cerpen, dan juga novel yang sedang dalam proses,” katanya.
Karena, dia merasa seorang perempuan pendiam, sehingga lebih mudah menulis daripada bicara di depan orang. “Saya sudah pernah menerbitkan satu buku antologi cerpen anak dan sekarang proses menerbitkan buku antologi kedua cerpen remaja,” pungkasnya.
SHE – Sinta Efi Ulandari punya pengalaman pahit, ketika lulus sekolah pernah bekerja tanpa mendapatkan gaji dan pulang dengan tangan hampa. Bukan hanya itu, saat itu kondisi pun sakit. Perempuan asal Desa Sedeng, Kecamatan Kanor, itu memiliki cita-cita kuliah setelah lulus sekolah. Namun, mimpi itu gagal karena faktor ekonomi kurang mendukung. “Saya sempat frustasi dengan keadaan itu, karena dari dulu mimpi saya adalah bisa menempuh pendidikan setinggi mungkin,” tutur Sinta, sapaan akrabnya.
Kemudian Sinta tak terlalu berlarut-larut dalam kesedihannya. Dia pun terus mencari cara agar mampu berkuliah. Sehingga, dia pun perlahan membuka usaha konter dan peralatan tulis bersama orang tuanya di rumah. Akhirnya, hasil usahanya bisa membiayai Sinta berkuliah. “Alhamdulillah, saya bisa mewujudkan impian itu (kuliah, Red) meskipun saya terlambat selama 3 tahun,” ujar mahasiswi Unigoro itu. Menurut dia, bersedih itu sah-sah saja, tapi jangan sampai kesedihan menjadikan diri tidak bersemangat untuk mengejar cita-cita.
Bahkan, Sinta tak hanya berdagang dan kuliah. Dia juga suka dengan dunia literasi dengan banyak membaca novel dan beberapa kali ikut kompilasi cerpen anak maupun remaja. “Ketika di rumah pasti saya sempatkan menulis, karena memang saya suka sekali menulis baik itu puisi, cerpen, dan juga novel yang sedang dalam proses,” katanya.
Karena, dia merasa seorang perempuan pendiam, sehingga lebih mudah menulis daripada bicara di depan orang. “Saya sudah pernah menerbitkan satu buku antologi cerpen anak dan sekarang proses menerbitkan buku antologi kedua cerpen remaja,” pungkasnya.