Warga pinggiran Bengawan Solo di wilayah Kecamatan Babat mudah mendapatkan ikan segar untuk dikonsumsi. Ikan jambal, gabus, wader, dan udang bisa diolah menjadi kuliner.
Warungnya tetap sederhana. Hanya berjarak 300 meter dari jembatan cincin lama. Setiap pengendara yang melewati warung itu, samar-samar akan tercium aroma masakan yang sedap. Di halaman warung yang tidak terlalu luas, sejumlah motor dan mobil diparkir. Rata-rata pelat nomor polisi (nopol) kendaraan itu menunjukkan berasal dari luar Lamongan.
Di warung itu, Veronika Istiningtyas, tak lelah meracik makanan yang dipesan pengunjung dan mengantarkannya ke meja – meja yang ada. Perempuan 35 tahun itu tidak seorang diri. Dia bersama pelayannya tersebut, sesekali ke dapur untuk membolak – balik ikan wader yang digoreng agar tidak gosong.
Perempuan yang akrab disapa Ika itu sudah 19 tahun menjual aneka olahan ikan Bengawan Solo, yang tidak jauh dari warungnya.
Warung yang ditempatinya tersebut, awalnya didirikan kedua orang tuanya, Ishom dan Muti’ah pada 1998. Kali pertama buka, orang tuanya menyajikan menu kare ayam, soto ayam, dan asem – asem balungan sapi.
Dua tahun kemudian, Muti’ah mencoba membuat bothok (pepes, Red) dari ikan jambal. Ika ikut membantu orang tuanya.
Ikan itu dipilih karena mencarinya tidak susah. Warga di sekitar desanya banyak yang mendapatkan ikan jambal dan gabus dari Bengawan Solo. Ikan gabus disajikan dalam sayur lodeh.
‘’Ketika pertama kali disajikan di warung, ternyata bothok jambal dan sayur lodeh itu malah laris manis. Karena cita rasanya beda dan belum ada warung serupa yang menjual menu tersebut hingga sekarang,’’ kenang Ika kemarin (22/1).
Ika selalu memerhatikan dua bahan utama yang menjadi kunci kelezatan bothok jambal dan lodeh kutuk masakannya. Yakni, kluwak dan belimbing wuluh. Selain berfungsi memberikan warna hitam pada bothok jambal, kluwak juga membuat tekstur bumbu menjadi kental serta menambah rasa gurih. Sedangkan belimbing wuluh dengan rasa masamnya dapat sedikit mengurangi rasa pedas.
Kedua bumbu tersebut juga dinilainya dapat menyamarkan aroma amis. Untuk memertahankan citra rasanya, ikan jambal dan gabus harus berasal dari Bengawan Solo. Jika menggunakan ikan hasil budidaya tambak, maka cita rasanya berkurang.
‘’Ikan jambal dan ikan kutuk yang didapat dari bengawan lebih padat dagingnya, rasanya pun juga lebih gurih. Kalau ikan hasil budidaya tambak terlalu banyak lemaknya dan rasanya hambar,’’ ujar Ikan sambil melayani pengunjung.
Setiap harinya, warung milik Ika membutuhkan 20 kilogram (kg) ikan jambal dan 10 kg ikan gabus. Saat momen tertentu seperti libur lebaran dan tahun baru, dia bisa menghabiskan 50 kg jambal.
Dibutuhkan waktu sekitar satu jam untuk membuat bothok jambal dan sayur lodeh kutuk. Omzet yang didapatkan dari penjulan bothok jambal dan sayur lodeh gabus mencapai Rp 2 juta per hari.
Karena bahan utama masakannya didapat dari Bengawan Solo, warungnya menjadi jujukan warga, pejabat, atau wisatawan yang penasaran ingin mencicipi kuliner ikan khas sungai terpanjang di Pulau Jawa itu.