24.6 C
Bojonegoro
Saturday, May 27, 2023

Bagi Musisi Kunto Prasetyo, Rock Membuat Betah Hidup di Mana Saja

- Advertisement -

FEATURES – Rumah di gang Srinayan jalan Dr. Wahidin tampak teduh. Perlahan-lahan, gerbang besi di depannya terbuka. Suara roda besi mengercit memecah sunyi mendung yang melingkupi Kota Bojonegoro. Dari dalam rumah, seorang pria tinggi besar mempersilakan masuk Jawa Pos Radar Bojonegoro untuk berbincang-bincang perihal hobi bermusik. 

Kunto Prasetyo, begitu namanya. Tak banyak yang mengira jika sosok berpenampilan rapi dengan prejengan ramah ini seorang rocker di masa mudanya. Bukan hanya masa mudanya, bahkan hingga saat ini.

Meski, intensitas manggung sudah mulai bergeser pada kegiatan lain, proses pembuatan lagu, misalnya. Namun, apapun kegiatan itu, musik rock tetap menjadi basis kegiatannya. 

“Musik rock itu adrenalin dan inspirasi, kalau sudah dengar lagu (rock), selalu ada inspirasi,” kata Kunto diselingi tawa. Pria yang lahir di Bojonegoro itu menceritakan, dirinya mulai mengenal musik sejak kelas IV sekolah dasar, tepatnya pada 1976.

Musik pertama yang dia dengar adalah Koes Plus. Dari kesenangan mendengar lagu itu, dia mulai belajar bermain gitar. Mahir memainkan alat musik bersenar itu, dia memutuskan lebih mendalami musik saat SMA. 

- Advertisement -

Pada 1986, saat dia belajar di Jogjakarta, kecintaannya pada dunia musik kian bertambah. Di Jogjakarta pula, dia pertama kali mengenal musik bermazhab rock.

Genre classic rock seperti Deep Purple, Led Zepelin, The Beatles, Helloween, dan Skidrow menjadi jenis musik yang kerap dia mainkan.

Bahkan, di tahun yang sama, dia juga mendirikan band bernama TB Rock yang khusus menyanyikan lagu-lagu Deep Purple dan main di kafe-kafe untuk memenuhi biaya hidup di Jogjakarta. Waktu itu, dia menjadi basis dan vokalis.

Sempat menjadi PNS dan bertugas di Sampang Madura pada 1993, kecintaannya pada musik rock tak kunjung reda. Di Sampang, dia justru bergabung dengan sebuah band rock bernama Big Power Sampang.

Masih sebagai vokalis dan basis, Kunto mampu membawa band tersebut menjuarai festival band rock se- Jawa Timur di tahun yang sama.

Tak berlangsung lama, dia mendapat kesempatan tugas belajar di IPDN Jakarta. Namun, hal sama tetap dia jalani. Di IPDN, lagi-lagi dia mendirikan band rock yang anggotanya mahasiswa IPDN dari berbagai provinsi.

Hanya, karena mayoritas anggotanya fans Bon Jovi, band itu khusus menyanyikan lagu-lagu Bon Jovi. Dia kembali menjadi basis dan vokalis. 

Pada 1997 dia balik ke Sampang untuk mengemban tugas. Tiga tahun setelahnya, tepatnya pada 2000, Kunto mendirikan band yang anggotanya para alumni IPDN.

Meski berlatar pegawai, dalam dunia panggung musik, band itu total dan membuang jauh atribut kepegawaian. Band tersebut mengikuti festival seni musik se-Madura.

Tak diduga, grup musik yang dia bawa mendapat juara satu. Dia juga mendapat penghargaan sebagai vokalis terbaik dan basis terbaik. “Jadi, musik rock itu kadang membuat saya betah hidup di manapun,” kisahnya. 

Sejak ditugaskan kembali ke Bojonegoro pada 2001 dan pernah menjabat sebagai Camat Kedewan, Camat Ngambon, dan Sekdin Dishub, hobi bermusik rock tetap dia jalankan.

Tidak lupa, seperti biasanya, dia tetap bergabung dengan band rock. Di bojonegoro, dia menjadi basis untuk Glam Rock Bojonegoro. 

Pria yang memutuskan pensiun dini dan memilih jalur wiraswasta itu menceritakan, meski berkonotasi kurang bagus, musik rock itu nyaman dan multidimensi.

Maksudnya, semangat hidup dan semangat memecahkan masalah selalu bisa dilahirkan dari distorsi dan lengking panjang nada melodinya. Musik rock, kata dia simbol kejujuran. 

Pria 51 tahun yang pernah menjadi juara satu Pop Singer Depdagri Jakarta pada 1994 itu, saat ini fokus menekuni dunia recording musik. Tentu musik bermazhab rock.

Beberapa lagu rock gubahannya seperti Yang Tersisa, Tentang Kita, dan Damai di Dadaku sudah mulai di-record dan digarap mini albumnya. Tidak hanya itu, saat ini dia juga membina Jaguar Band (band yang digawangi anaknya) untuk membuat album.

Dua buah lagu berjudul Teman Sejati dan Bosan, saat ini sedang dalam proses penggarapan album. Lagu-lagu yang dia gubah, memang tidak pernah lepas dari genre rock.

Semua proses pembuatan album dan recording dia kerjakan sendiri. Sebab, selain praktisi dan player musik, dia juga mengaransemen dan menggubah lagu sendiri.

Sebab, dia juga memiliki studio dan recording sendiri. Kegiatan-kegiatan itu dia lakukan di sela-sela kesibukannya bekerja. 

FEATURES – Rumah di gang Srinayan jalan Dr. Wahidin tampak teduh. Perlahan-lahan, gerbang besi di depannya terbuka. Suara roda besi mengercit memecah sunyi mendung yang melingkupi Kota Bojonegoro. Dari dalam rumah, seorang pria tinggi besar mempersilakan masuk Jawa Pos Radar Bojonegoro untuk berbincang-bincang perihal hobi bermusik. 

Kunto Prasetyo, begitu namanya. Tak banyak yang mengira jika sosok berpenampilan rapi dengan prejengan ramah ini seorang rocker di masa mudanya. Bukan hanya masa mudanya, bahkan hingga saat ini.

Meski, intensitas manggung sudah mulai bergeser pada kegiatan lain, proses pembuatan lagu, misalnya. Namun, apapun kegiatan itu, musik rock tetap menjadi basis kegiatannya. 

“Musik rock itu adrenalin dan inspirasi, kalau sudah dengar lagu (rock), selalu ada inspirasi,” kata Kunto diselingi tawa. Pria yang lahir di Bojonegoro itu menceritakan, dirinya mulai mengenal musik sejak kelas IV sekolah dasar, tepatnya pada 1976.

Musik pertama yang dia dengar adalah Koes Plus. Dari kesenangan mendengar lagu itu, dia mulai belajar bermain gitar. Mahir memainkan alat musik bersenar itu, dia memutuskan lebih mendalami musik saat SMA. 

- Advertisement -

Pada 1986, saat dia belajar di Jogjakarta, kecintaannya pada dunia musik kian bertambah. Di Jogjakarta pula, dia pertama kali mengenal musik bermazhab rock.

Genre classic rock seperti Deep Purple, Led Zepelin, The Beatles, Helloween, dan Skidrow menjadi jenis musik yang kerap dia mainkan.

Bahkan, di tahun yang sama, dia juga mendirikan band bernama TB Rock yang khusus menyanyikan lagu-lagu Deep Purple dan main di kafe-kafe untuk memenuhi biaya hidup di Jogjakarta. Waktu itu, dia menjadi basis dan vokalis.

Sempat menjadi PNS dan bertugas di Sampang Madura pada 1993, kecintaannya pada musik rock tak kunjung reda. Di Sampang, dia justru bergabung dengan sebuah band rock bernama Big Power Sampang.

Masih sebagai vokalis dan basis, Kunto mampu membawa band tersebut menjuarai festival band rock se- Jawa Timur di tahun yang sama.

Tak berlangsung lama, dia mendapat kesempatan tugas belajar di IPDN Jakarta. Namun, hal sama tetap dia jalani. Di IPDN, lagi-lagi dia mendirikan band rock yang anggotanya mahasiswa IPDN dari berbagai provinsi.

Hanya, karena mayoritas anggotanya fans Bon Jovi, band itu khusus menyanyikan lagu-lagu Bon Jovi. Dia kembali menjadi basis dan vokalis. 

Pada 1997 dia balik ke Sampang untuk mengemban tugas. Tiga tahun setelahnya, tepatnya pada 2000, Kunto mendirikan band yang anggotanya para alumni IPDN.

Meski berlatar pegawai, dalam dunia panggung musik, band itu total dan membuang jauh atribut kepegawaian. Band tersebut mengikuti festival seni musik se-Madura.

Tak diduga, grup musik yang dia bawa mendapat juara satu. Dia juga mendapat penghargaan sebagai vokalis terbaik dan basis terbaik. “Jadi, musik rock itu kadang membuat saya betah hidup di manapun,” kisahnya. 

Sejak ditugaskan kembali ke Bojonegoro pada 2001 dan pernah menjabat sebagai Camat Kedewan, Camat Ngambon, dan Sekdin Dishub, hobi bermusik rock tetap dia jalankan.

Tidak lupa, seperti biasanya, dia tetap bergabung dengan band rock. Di bojonegoro, dia menjadi basis untuk Glam Rock Bojonegoro. 

Pria yang memutuskan pensiun dini dan memilih jalur wiraswasta itu menceritakan, meski berkonotasi kurang bagus, musik rock itu nyaman dan multidimensi.

Maksudnya, semangat hidup dan semangat memecahkan masalah selalu bisa dilahirkan dari distorsi dan lengking panjang nada melodinya. Musik rock, kata dia simbol kejujuran. 

Pria 51 tahun yang pernah menjadi juara satu Pop Singer Depdagri Jakarta pada 1994 itu, saat ini fokus menekuni dunia recording musik. Tentu musik bermazhab rock.

Beberapa lagu rock gubahannya seperti Yang Tersisa, Tentang Kita, dan Damai di Dadaku sudah mulai di-record dan digarap mini albumnya. Tidak hanya itu, saat ini dia juga membina Jaguar Band (band yang digawangi anaknya) untuk membuat album.

Dua buah lagu berjudul Teman Sejati dan Bosan, saat ini sedang dalam proses penggarapan album. Lagu-lagu yang dia gubah, memang tidak pernah lepas dari genre rock.

Semua proses pembuatan album dan recording dia kerjakan sendiri. Sebab, selain praktisi dan player musik, dia juga mengaransemen dan menggubah lagu sendiri.

Sebab, dia juga memiliki studio dan recording sendiri. Kegiatan-kegiatan itu dia lakukan di sela-sela kesibukannya bekerja. 

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru


/