LAREN, Radar Lamongan – Pengrajin gerabah di Desa Gampang Sejati, Kecamatan Laren menggenjot jumlah produksinya selagi belum hujan. Saat cuaca panas seperti saat ini, mereka dapat melakukan penjemuran dan pembakaran setiap hari.
Sekar Melik, salah satu pengrajin, menuturkan, saat ini waktu yang tepat untuk menimbun barang. Setiap hari, rata – rata dia bisa memroduksi seratus cowek kecil, 70 cowek sedang, dan 12 cowek besar.
Meskipun produksi meningkat, penjualannya saat ini menurun drastis. ‘’Tidak pasti. Kadang hanya satu atau dua cowek yang laku, yang ukuran kecil dan sedang. Kalau ukuran besar hanya laku saat hari raya,’’ ujarnya kepada Jawa Pos Radar Lamongan.
Perempuan 54 tahun itu menuturkan, pengrajin di desanya tinggal sepuluh orang. Mereka menantikan momen Idul Fitri dan Idul Adha untuk mendapatkan laba besar dari meningkatnya permintaan. Sebab, para perantau yang bekerja menjadi penjual pecel lele saat itu pulang dan membeli cowek yang baru.
Saat hari-hari biasa, Sekar kesulitan memasarkan barang produksinya. ‘’Kalau orang sekitar rata – rata sudah punya semua. Jadi tidak perlu beli, kecuali kalau coweknya sudah rusak,’’ katanya.
Pengrajin cowek lainnya, Mukim, juga mengeluhkan penjualan. Tengkulak dari Madura, Surabaya, dan Gresik yang jadi pelanggan tetapnya, kini jarang mengambil barang.
‘’Sekarang mereka ambilnya lima sampai tujuh minggu sekali. Karena tidak ada yang beli. Tapi produksi masih jalan,’’ ujar pria 70 tahun ini.
Setiap harinya Mukim memproduksi 20 hingga 25 cowek. Dia melakukan pembakaran 200 cowek seminggu sekali.
Bahan baku cowek terdiri atas tanah liat dan pasir dengan komposisi 50:50 agar tidak mudah pecah. ‘’Tanah liatnya beli. Per gerobak Rp 30 ribu,’’ katanya.