LAMONGAN – Jalan Kadet Suwoko Kecamatan Deket kemarin (30/4) siang sepi. Mayoritas pintu pagar dan rumah warga tertutup. Dari kejauhan, terlihat aktivitas belajar mengajar di SDN Sidorejo. Di depan sekolah tingkat dasar itu, ada lapangan desa. Beberapa kursi dan tenda tergeletak di tepi selatan lapangan tersebut. Peralatan itu belum dirapikan seusai acara Minggu (29/4) lalu. Sebaleh utara lapangan, terdapat warung kopi sederhana. Warung itu diapit dua rumah berdinding tembok.
Di depan warung, perempuan tua renta yang kulitnya sudah keriput, duduk di kursi kayu panjang. Dia adalah Rumani, perempuan berusia satu abad lebih dua tahun. ‘’Buyut sudah tujuh, cucunya enam,’’ tuturnya mengawali ceritanya kepada Jawa Pos Radar Lamongan.
Meskipun sudah berusia lebih dari satu abad, daya ingat Rumani masih lumayan. Ketika ditanya hari kelahirannya, dia bisa menjelaskan, Ahad Pahing. Namun, untuk tanggal lahirnya, dia tidak tahu persis. Rumani hanya ingat tahunnya 1916.
Rumani juga bisa menceritakan proses kehidupannya. Termasuk orang tuanya. Dia dilahirkan dari pasangan Kardi dan Munah. Kardi meninggal pada usia 140 tahun. Sedangkan Munah meninggal saat usia 125 tahun.
Mbah Rumani pernah lima kali menikah. Pernikahan pertamanya, saat berusia 9 tahun. Dia masih ingat saat itu dijodohkan orang tuanya dengan Batin. ‘’Nikah pertama belum punya susu (maaf, payudara),’’ kenangnya sambil tertawa.
Rumani kecil kemudian pisah dengan Batin. Alasannya, sang suami lama tidak pulang. Dia kemudian nikah lagi dengan Roto. Suami keduanya ini tentara. Cinta dia kandas lagi karena ditinggal pergi. Rumani tidak putus asa. Dia mennikah lagi dengan Ambar yang kerja di luar kota. Karena jarang pulang, Rumani kemudian nikah lagi dengan Atib.
Hasil pernikahan pertama sampai keempat tidak menghasilkan keturunan. Dia kemudian menikah yang kelima. Suaminya Mangun. Dari hasil pernikahannya ini, Rumani melahirkan dua anak. Dia ingat kedua anaknya lahir pada 1952 dan 1962. ‘’Anak saya putri semua,’’ ujarnya.
Selain membuka warung kopi, Rumani setiap hari membuat onde-onde. Dia membuat onde-pnde sebelum subuh. Jajan buatannya itu diambil beberapa tengkulak kue untuk dibawa ke pasar. Setiap hari, Rumani membuat 200 – 300 butir onde – onde. Untuk bahannya, dia hanya membutuhkan sekitar 3-5 kg tepung beras ketan. Warung kopi dibukanya saat matahari mulai terbit.
Dalam menjalankan usahanya, dia tidak mau dibantu orang lain. Mulai dari menggoreng dan menyuguhkan kopi untuk pengunjung warung, dilayaninya sendiri. ‘’Gak enak dibantu orang lain itu, gak cocok,’’ celetuknya.
Selama ini Rumani mengaku tidak pernah sakit yang sifatnya parah. Ketika kondisi badan agak lelah, dia tidak akan mengonsumsi obat. Hanya meminum kopi secara rutin saat pagi, siang, sore, dan malam. Sedangkan ketika rasa lelah mulai menghinggapi, dia memilih tidur sepuasnya agar kondisi badan kembali normal.