31.1 C
Bojonegoro
Thursday, June 1, 2023

Resep Warisan Orang Tua

- Advertisement -

Supeni, 65, cukup lama berjualan kare ayam dengan cabai direbus. Awalnya berjualan di Pasar Babat, warga Dusun Karangtapen, Desa Karanglangit, Kecamatan Lamongan ini akhirnya melayani pembeli di rumah. 

1980. Tahun itu menjadi awal berjualan Supeni di Pasar Babat. Banyaknya transaksi sayuran dan kebutuhan rumah tangga lainnya di malam hari, membuatnya memilih berjualan mulai pukul 23.00 hingga menjelang pagi. 

Baginya, tak sulit untuk berjualan kare ayam. Sebab, ibunya seorang penjual kare ayam. Sang ibu berjualan di rumah, sedangkan dirinya di wilayah Babat. 

Agar pembeli tertarik datang, Supeni tak hanya menjual kare ayam. Dia juga menjual masakan ikan belut, bandeng, dan hati. 

‘’Saya masih ingat, jualan satu porsi masih harga Rp 250, sedangkan teh hangat masih Rp 50,’’ kenangnya sambil tersenyum.

- Advertisement -

Setelah ibunya meninggal, Supeni yang memiliki lima anak, meminta salah satu anaknya berjualan di rumah. Dia tetap berjualan di wilayah Babat. Di Kota Wingko itu, dia membawa lima ekor ayam. Sedangkan di rumah hanya menyediakan 3 ekor ayam yang dipotong kecil – kecil. 

 ‘’Dulu kalau jualan di Babat, waktu puasa hanya berjualan 3 – 4 jam, sebanyak 5 ekor ayam telah habis,’’ jelas perempuan lima cucu tersebut. 

Bumbu kare buatan Supeni hampir sama dengan bumbu kare pada umumnya yang mengandalkan rempah – rempah. Bumbu dapur yang ada ditumis sampai matang, setelah itu baru dimasukkan santan. 

Agar ada rasa pedasnya, beberapa cabai diikutkan direbus. Jika pelanggan suka pedas, maka mereka tinggal memakan cabai tersebut, tak perlu membuat sambal sendiri. Sementara ayamnya, direbus. Supeni menilai ayam dipresto rasanya hampar.

Merebaknya Covid-19 membuat Supeni memutuskan tak jauh – jauh untuk berjualan. Apalagi, malam hari aktivitas tak seramai sebelum pandemi. Dia akhirnya pindah ke rumah. 

‘’Karena ada pembatasan aktivitas, akhirnya anak saya tidak memerbolehkan jualan di pasar pada malam hari,’’ ucapnya.  

‘’Sekarang hanya masak lima ekor ayam, berjualan di rumah pada siang hari hingga malam saja,’’ tuturnya. 

Sehari, Supeni menghabiskan sekitar 6 kilogram beras. Pembelinya lebih banyak membungkus tanpa nasi. Seporsi kare ayam Rp 15 ribu.

Supeni, 65, cukup lama berjualan kare ayam dengan cabai direbus. Awalnya berjualan di Pasar Babat, warga Dusun Karangtapen, Desa Karanglangit, Kecamatan Lamongan ini akhirnya melayani pembeli di rumah. 

1980. Tahun itu menjadi awal berjualan Supeni di Pasar Babat. Banyaknya transaksi sayuran dan kebutuhan rumah tangga lainnya di malam hari, membuatnya memilih berjualan mulai pukul 23.00 hingga menjelang pagi. 

Baginya, tak sulit untuk berjualan kare ayam. Sebab, ibunya seorang penjual kare ayam. Sang ibu berjualan di rumah, sedangkan dirinya di wilayah Babat. 

Agar pembeli tertarik datang, Supeni tak hanya menjual kare ayam. Dia juga menjual masakan ikan belut, bandeng, dan hati. 

‘’Saya masih ingat, jualan satu porsi masih harga Rp 250, sedangkan teh hangat masih Rp 50,’’ kenangnya sambil tersenyum.

- Advertisement -

Setelah ibunya meninggal, Supeni yang memiliki lima anak, meminta salah satu anaknya berjualan di rumah. Dia tetap berjualan di wilayah Babat. Di Kota Wingko itu, dia membawa lima ekor ayam. Sedangkan di rumah hanya menyediakan 3 ekor ayam yang dipotong kecil – kecil. 

 ‘’Dulu kalau jualan di Babat, waktu puasa hanya berjualan 3 – 4 jam, sebanyak 5 ekor ayam telah habis,’’ jelas perempuan lima cucu tersebut. 

Bumbu kare buatan Supeni hampir sama dengan bumbu kare pada umumnya yang mengandalkan rempah – rempah. Bumbu dapur yang ada ditumis sampai matang, setelah itu baru dimasukkan santan. 

Agar ada rasa pedasnya, beberapa cabai diikutkan direbus. Jika pelanggan suka pedas, maka mereka tinggal memakan cabai tersebut, tak perlu membuat sambal sendiri. Sementara ayamnya, direbus. Supeni menilai ayam dipresto rasanya hampar.

Merebaknya Covid-19 membuat Supeni memutuskan tak jauh – jauh untuk berjualan. Apalagi, malam hari aktivitas tak seramai sebelum pandemi. Dia akhirnya pindah ke rumah. 

‘’Karena ada pembatasan aktivitas, akhirnya anak saya tidak memerbolehkan jualan di pasar pada malam hari,’’ ucapnya.  

‘’Sekarang hanya masak lima ekor ayam, berjualan di rumah pada siang hari hingga malam saja,’’ tuturnya. 

Sehari, Supeni menghabiskan sekitar 6 kilogram beras. Pembelinya lebih banyak membungkus tanpa nasi. Seporsi kare ayam Rp 15 ribu.

Artikel Terkait

Most Read

Tiga SMPN di Kota Belum Penuhi Pagu

Sigap dan Tanggap Darurat

Bakal Hadirkan Pimpinan TPQ

Artikel Terbaru

Stok Kosong


/