HIRUK pikuk suasana malam di kota yang kerap dijuluki Kota Ledre itu memang dihiasi menjamurnya tempat-tempat nongkrong khas anak muda. Salah satu tempat tongkrongan yang isinya hanya remaja-remaja generasi Z di Jalan Pattimura memang tak pernah terlihat sepi. Konsep yang simpel, cozy, artsy, dan iringan musik masa kini merupakan daya jual tersendiri. Sehingga, kafe tersebut kerap ditongkrongi oleh anak-anak hits. Begitulah era milenial, istilah hits memang sudah menjadi komoditas tersendiri untuk menyedot konsumen.
Sehingga tak heran, di kafe tersebut ada seorang konsumen yang juga anak hits di kawasan Bojonegoro atau kerap disebut selebgram. Dia seorang dara muda yang masih duduk di bangku kelas XII SMK Purwosari Bojonegoro. Saat menemuinya di kafe tersebut, perempuan berkulit putih langsat dan berambut pendek berponi ala Taylor Swift itu sedang sibuk mempersiapkan baju-baju yang akan dia pakai untuk sesi pemotretan di kafe tersebut. Perempuan itu bernama Sintia Ike Nurdiana, kerap dipanggil Ike oleh kawan-kawannya. ’’Maaf ya, saya masih ribet ngurusi untuk sesi pemotretan sama kawan saya,” jelasnya.
Sambil dandan dan memilih baju mana dulu yang akan dia pakai untuk pemotretan, Ike pun menjawab segala pertanyaan yang dilontarkan oleh wartawan koran ini. Pengakuan awal Ike seputar jumlah followers-nya, menurut dia, semua serbakebetulan dan juga tidakmenyangka bisa punya puluhan ribu followers. ’’Sebelumnya ditanya followers saya asli atau tidak, saya akan cerita bahwa semuanya asli, memang sih banyak yang mencaci dan menghardik saya, namun saya cuekin saja,” jelas pemilik akun Instagram @ikke_oneng sejak 2015 itu. Ike merasa sudah capek menanggapi cacian dari orang lain, terlebih warganet. Justru rata-rata mereka yang curiga itu orang seputaran Bojonegoro sendiri, banyak yang skeptis dengan Ike.
Ike pun merupakan contoh anak muda yang sangat belia namun mampu menjadi sorotan di media sosial. Tentu hal ini memang yang sedang bergejolak di kalangan generasi Z. Mereka tak lagi menggunakan parameter berupa masuk televisi berarti dirimu tenar. Namun, lebih kepada siapa yang mampu mendapatkan panggung di media sosial seperti Instagram, Twitter, YouTube, dan sebagainya. Uniknya, tiap media sosial tersebut memiliki sebutan tersendiri kalau punya puluhan ribu followers atau subscribers. Mereka kerap disebut selebtwit, selebgram, atau yutuber. Begitu pun Ike, dia merasa lingkungan dari generasinya, yakni generasi Z, yang membuat dia bisa melejit menjadi seorang selebgram. ’’Semua ini bukan setting-an, bisa jadi serbakebetulan,” tutur perempuan kelahiran 22 Agustus 1999 itu.
Followers Ike di Instagram dengan nama akun @ikke_oneng saat ditemui pada Minggu (27/8) lalu masih berjumlah 47 ribu dan kemarin (4/7) sudah tembus 50 ribu followers. Memang tuduhan dari semua orang yang sirik dengannya tidak berdasar. Mana mungkin Ike tiap hari membeli ratusan followers. Karena, dari awal membuat Instagram hanya untuk main-main saja. Namun, lama-kelamaan banyak yang mem-follow dan ditawarin endorsement dari clothing lokal. ’’Dulu awal-awal meningkat followers saya per harinya 1.000 followers baru, kini 500-600 followers tiap harinya,” terangnya.
Dia pun ingin meyakinkan jumlah followes-nya memang asli dengan menunjukkan jumlah views di Instastory dan jumlah likes di tiap fotonya. Memang jumlahhnya logis, yakni tiap foto like-nya berjumlah 4.000 – 5.000, sedangkan Instastory tembus 6.000 – 8.000 views. ’’Selain itu, direct meesage yang masuk ke akun saya tiap harinya ada ratusan,” ujarnya. Lalu, ada fenomena lagi, kini di Facebook sudah banyak akun fake yang mengatasnamakan dirinya. ’’Di Facebook ada banyak akun fake yang mengaku saya, padahal saya tidak punya Facebook,” ucapnya. Sedangkan, lanjut dia, di Instagram kini bermunculan akun fanbase yang mengunggah ulang foto-foto Ike. ’’Saya juga heran siapa saja yang membuat akun-akun itu,” ungkapnya.
Meski demikian, Ike tetaplah perempuan biasa yang kesehariannya disibukkan dengan sekolah kejuruan jurusan akuntansi dan belajar. Sesekali dia nongkrong dan menerima job berupa endorsement atau paid promote. Dia pun punya teman-teman akrab yang setia memotret dirinya kalau ada job. ’’Biasanya memanfaatkan hari libur untuk hunting foto atau sore usai sekolah,” ujar anak sulung dari dua bersaudara pasangan Bunadi dan Sumiarti itu. Dia pun sudah punya tarif tersendiri tiap ada tawaran iklan. ’’Tarifnya mulai dari Rp 100 ribu hingga Rp 200 ribu, tergantung jumlah barang yang akan dipromosikan,” ujarnya. Produk yang paling sering dia promosikan ialah kaus dari Bojonegoro, Bandung, Kudus, dan lain-lain. Adapuin sistem paid promote yang digunakan untuk memromosikan akun Instagram lain. Setidaknya, dalam sebulan Ike mampu mengantongi uang minimal Rp 500 ribu.
Sebuah berkah memang bagi Ike yang merupakan perempuan pehobi berlenggak-lenggok di depan lensa kamera. Sebab, dia merasa memang memiliki bakat di dunia modelling. Lagi-lagi, dara belia yang masih berusia 18 tahun itu bercita-cita menjadi seorang pramugari. ’’Saya sih pengin jadi pramugari, tetapi yang kurang tahu juga kalau tinggi dan berat badanku tidak memenuhi syarat hehe,” katanya sambil malu-malu. Adapun hobinya sedari kecil yakni melukis, namun sayangnya hanya dinikmati oleh Ike sendiri. Hasil karya lukisnya tidak pernah diunggah di akun Instagram-nya.