LAMONGAN, Radar Lamongan – Produksi garam di Lamongan tidak maksimal. Rahmanu, salah satu petani garam di Kecamatan Brondong, mengatakan, masa produksi petani garam tradisional tahun ini hanya sebulan, akhir September – Oktober. Produktivitasnya 15 ton setiap hektare.
“Kalau kita petani manual hanya bisa produksi satu bulan, sebab intensitas hujan tinggi ditambah April lalu banjir,” ujarnya.
Petani garam lainnya, Arifin, mengatakan, karena produksinya menggunakan alat khusus, maka dia bisa produksi setiap bulan. Jika cuaca sedang bagus, maka produksi bisa mencapai 30 ton per hektare.
“Bedanya kalau punya alat kita bisa produksi setiap bulan dan garamnya kualitas industri sehingga harga tinggi,” terangnya.
Arifin menuturkan, petani manual normalnya panen antara September – November. Jika April – Mei cuacanya panas, maka mereka juga bisa panen.
Tahun ini, petani manual hanya bisa panen di September. Terkait harga, menurut dia, saat panen raya Rp 1.000 per kilogram (kg). Sekarang, harga garam rakyat mengalami kenaikan Rp 3 ribu per kg siap angkut. Sedangkan garam prisma bisa tembus Rp 3.500 per kg. “Karena kendalanya di cuaca sehingga produksi petani sangat menurun, khususnya yang manual,” tuturnya.
Arifin menambahkan, karena stok garam tidak banyak, maka harga sekarang sedang bagus-bagusnya. Apalagi, kebutuhan industri juga tinggi. (rka/yan)