- Advertisement -
BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Kuota penyerapan tembakau tahun ini belum diketahui. Diperkirakan serapan tahun ini bakal menurun dibanding tahun lalu. Pada 2021 serapan tembakau di Bojonegoro lebih dari 11 ribu hektare. Dinas ketahanan pangan dan pertanian (DKPP) segera memanggil semua pabrikan rokok yang beroperasi di Bojonegoro.
Pengawas Mutu Hasil Pertanian Ahli Muda Subkoodinator Tanaman Perkebunan DKPP Bambang Wahyudi mengatakan, tahun ini ada satu pabrikan tidak lagi membeli tembakau di Bojonegoro. Itu karena masa kontraknya dengan pabrikan-pabrikan kecil di Bojonegoro sudah berakhir.
‘’Itu kemungkinan akan membuat penyerapan panen tembakau sedikit menurun,’’jelasnya.
- Advertisement -
Tahun lalu ada 11 pabrikan membeli emas hijau sebutan tembakau. Jumlah itu terdiri atas pabrikan besar maupun kecil. Yudi melanjutkan, tahun lalu penyerapan panen tembakau kisaran 11 ribu ton. Jumlah itu total serapan dilakukan seluruh pabrikan rokok beroperasi. Baik dari pabrikan lokal maupun dari luar daerah yang membeli tembakau.
Rencananya akhir bulan ini DKPP mengundang pabrikan-pabrikan yang beroperasi di Bojonegoro. Pabrikan itu akan dimintai keterangan terkait kemampuan membeli hasil panen tembakau. ‘’Kami harapkan kuota pembelian tembakau sudah diketahui,’’ jelasnya.
Saat ini hujan masih kerap terjadi. Hal itu membuat petani belum berani menanam tembakau. Yang menanam masih terbatas. ‘’Itu pun tembakaunya banyak yang mati karena sering kehujanan,’’ jelasnya.
Wakil Ketua Komisi B DPRD Bojonegoro Sigit Kushariyanto mengatakan, musim tanam tembakau idealnya sudah dimulai. Namun, masih adanya hujan membuat petani tembakau banyak tidak berani menanam. ‘’Kalau cuaca memang tidak bisa dihindari,’’ jelasnya.
Sigit meminta OPD terkait segera mencari tahu kuota penyerapan panen tembakau. Sehingga, hasil panen petani bisa terserap dengan maksimal. Hal itu akan membuat petani bisa memprediksi luas areal tanamnya. ‘’Kuota penyerapan tembakau harus segera ditentukan. Jadi, petani bisa tahu,’’ jelasnya. (zim/rij)
BOJONEGORO, Radar Bojonegoro – Kuota penyerapan tembakau tahun ini belum diketahui. Diperkirakan serapan tahun ini bakal menurun dibanding tahun lalu. Pada 2021 serapan tembakau di Bojonegoro lebih dari 11 ribu hektare. Dinas ketahanan pangan dan pertanian (DKPP) segera memanggil semua pabrikan rokok yang beroperasi di Bojonegoro.
Pengawas Mutu Hasil Pertanian Ahli Muda Subkoodinator Tanaman Perkebunan DKPP Bambang Wahyudi mengatakan, tahun ini ada satu pabrikan tidak lagi membeli tembakau di Bojonegoro. Itu karena masa kontraknya dengan pabrikan-pabrikan kecil di Bojonegoro sudah berakhir.
‘’Itu kemungkinan akan membuat penyerapan panen tembakau sedikit menurun,’’jelasnya.
- Advertisement -
Tahun lalu ada 11 pabrikan membeli emas hijau sebutan tembakau. Jumlah itu terdiri atas pabrikan besar maupun kecil. Yudi melanjutkan, tahun lalu penyerapan panen tembakau kisaran 11 ribu ton. Jumlah itu total serapan dilakukan seluruh pabrikan rokok beroperasi. Baik dari pabrikan lokal maupun dari luar daerah yang membeli tembakau.
Rencananya akhir bulan ini DKPP mengundang pabrikan-pabrikan yang beroperasi di Bojonegoro. Pabrikan itu akan dimintai keterangan terkait kemampuan membeli hasil panen tembakau. ‘’Kami harapkan kuota pembelian tembakau sudah diketahui,’’ jelasnya.
Saat ini hujan masih kerap terjadi. Hal itu membuat petani belum berani menanam tembakau. Yang menanam masih terbatas. ‘’Itu pun tembakaunya banyak yang mati karena sering kehujanan,’’ jelasnya.
Wakil Ketua Komisi B DPRD Bojonegoro Sigit Kushariyanto mengatakan, musim tanam tembakau idealnya sudah dimulai. Namun, masih adanya hujan membuat petani tembakau banyak tidak berani menanam. ‘’Kalau cuaca memang tidak bisa dihindari,’’ jelasnya.
Sigit meminta OPD terkait segera mencari tahu kuota penyerapan panen tembakau. Sehingga, hasil panen petani bisa terserap dengan maksimal. Hal itu akan membuat petani bisa memprediksi luas areal tanamnya. ‘’Kuota penyerapan tembakau harus segera ditentukan. Jadi, petani bisa tahu,’’ jelasnya. (zim/rij)