- Advertisement -
TUWUH Handayani mendapat tawaran beasiswa strata tiga (S-3). Tentu, mengagetkan, mengingat usianya sudah 49 tahun. Tawaran beasiswa tersebut setelah wisudawan terbaik program studi (prodi) S-2 Pendidikan Dasar di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) sempurna, yakni 4,0.
Kepala SDN Bandungrejo I Kecamatan Ngasem, tersebut masih pikir-pikir, termasuk masih koordinasi dengan Dinas Pendidikan (Disdik) Bojonegoro. ‘’Semoga mendapat dukungan,’’ tutur guru telah menerbitkan lima buku tersebut.
Bagi Tuwuh, belajar tidak ada batasan usia. Memutuskan untuk melanjutkan pendidikan bukan hanya terkait gelar. Tapi, tentang ilmu didapat dan wujud implementasi kepada pendidikan di Bojonegoro.
‘’Bagi saya belajar adalah ibadah. Meski usia saya mendekati 50 tahun, tapi harus terus belajar setinggi-tingginya,’’ ujar penulis buku bahan ajar Teks Fiksi Cerita Rakyat Bojonegoro pada 2022 lalu.
Sejak 2017, Tuwuh sudah menerbitkan buku, meliputi antalogi cerpen Derap Biru dan antalogi puisi Ibu. Berlanjut 2018 menerbitkan Lentera Sang Guru, Pembentukan Karakter Siswa melalui Keteladanan Guru.
- Advertisement -
‘’Semua keberhasilan ini, berkat dukungan suami. Dia selalu mendampingi, mendoakan, dan memotivasi sehingga saya bisa dititik ini,’’ ujarnya. (ewi/rij)
TUWUH Handayani mendapat tawaran beasiswa strata tiga (S-3). Tentu, mengagetkan, mengingat usianya sudah 49 tahun. Tawaran beasiswa tersebut setelah wisudawan terbaik program studi (prodi) S-2 Pendidikan Dasar di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) itu meraih indeks prestasi kumulatif (IPK) sempurna, yakni 4,0.
Kepala SDN Bandungrejo I Kecamatan Ngasem, tersebut masih pikir-pikir, termasuk masih koordinasi dengan Dinas Pendidikan (Disdik) Bojonegoro. ‘’Semoga mendapat dukungan,’’ tutur guru telah menerbitkan lima buku tersebut.
Bagi Tuwuh, belajar tidak ada batasan usia. Memutuskan untuk melanjutkan pendidikan bukan hanya terkait gelar. Tapi, tentang ilmu didapat dan wujud implementasi kepada pendidikan di Bojonegoro.
‘’Bagi saya belajar adalah ibadah. Meski usia saya mendekati 50 tahun, tapi harus terus belajar setinggi-tingginya,’’ ujar penulis buku bahan ajar Teks Fiksi Cerita Rakyat Bojonegoro pada 2022 lalu.
Sejak 2017, Tuwuh sudah menerbitkan buku, meliputi antalogi cerpen Derap Biru dan antalogi puisi Ibu. Berlanjut 2018 menerbitkan Lentera Sang Guru, Pembentukan Karakter Siswa melalui Keteladanan Guru.
- Advertisement -
‘’Semua keberhasilan ini, berkat dukungan suami. Dia selalu mendampingi, mendoakan, dan memotivasi sehingga saya bisa dititik ini,’’ ujarnya. (ewi/rij)