LAMONGAN, Radar Lamongan – Sugar glider ternyata memiliki penggemar sejak beberapa tahun silam. Salah satunya pembudidaya sugar glider asal Desa Gembong, Kecamatan Babat bernama Erwin, 22, yang mulai tertarik pada hewan nokturnal tersebut sejak Tahun 2016 silam.
‘’Akhirnya (Tahun 2016, Red) memutuskan untuk mencari satu jodoh yang masih berumur 4 bulan dengan harga Rp 1 juta,’’ tutur Erwin kepada Jawa Pos Radar Lamongan kemarin (28/10).
Butuh waktu perjalanan sekitar 30 menit ke rumah Erwin. Kebetulan jalan nasional tampak padat, dengan cuaca yang panas menyengat kemarin siang. Dari Pasar Gembong masuk ke utara sekitar 300 meter. Erwin mengajak wartawan koran ini mengunjungi ke ruangan berukuran 4 meter x 5 meter di belakang rumahnya. Di sana tampak sejumlah tumpukan kandang besi berukuran 20 centimeter (cm) x 40 cm.
Di dalam kandang besi tersebut tampak kain yang diikat menggantung, yang digunakan sugar glider bergelantungan dan bersembunyi. Sekilas, sugar glider seperti tupai. Selan itu, sugar glider juga memiliki selaput luncur, yang membentang di pergelangan tangan hingga kaki. Itu digunakan untuk melompat di di udara. Informasi yang dihimpun wartawan koran ini, sugar glider mampu melompat hingga jarak hingga mencapai 50 meter.
Namun, Erwin mengatakan, sugar glider dan tupai memiliki banyak perbedaan. Di antaranya bulu sugar glider lebih bervariasi, serta terdapat garis gelap mulai kepala hingga ekor. ‘’Satu keranjang seperti ini, ada satu pasang indukan,’’ ucap Erwin sambil megambil hewan tersebut di dalam kandang.
Erwin memberikan makan sugar glider peliharaannya dengan bubur bayi, buah, jangkrik, dan ulat hongkong. Penyakit sugar glider biasanya gigi habis dan bulu rontok. Ketika gigi habis, asupan bubur bayi dihentikan sementara. Sebab, dalam bubur bayi terdapat kandungan gula, yang kurang bagus untuk gigi sugar glider.
Erwin mengaku cukup mudah membedakan jantan dan betina sugar glider. Di antaranya sugar glider jantan terdapat memiliki kantong kencing, serta tampak botak saat usia 3 hingga 4 bulan. Sedangkan, betina memiliki kantong di perut menyerupai kanguru. Kantong tersebut untuk menyimpan anak-anaknya nanti.
‘’Untuk birahi diperkirakan usai enam hingga delapan bulan untuk jantan. Sedangkan betina tujuh bulan,’’ imbuhnya.
Proses kehamilan sugar glider tergolong cukup cepat. Hanya butuh waktu sekitar dua minggu. Setelah melahirkan, anakan diletakkan di kantong betina sekitar 1 bulan. Satu indukan biasanya mampu berproduksi satu hingga dua anakan. Kini, Erwin memiliki 12 ekor sugar glider yang seluruhnya dari Papua. Meliputi jenis clasic grey, white face, mozaik, dan leucistik.
‘’Harga bervariatif mulai dari harga Rp 300 ribu hingga 1,5 juta per ekor, untuk sugar glider berusia 3 bulan hingga 4 bulan,’’ terangnya. (mal/ind)
