LAMONGAN, Radar Lamongan – Ramadan tinggal menyisakan beberapa hari lagi. Kemenag Lamongan bakal tetap mengagendakan rukyatul hilal, untuk menentukan awal Syawal. Itu berdasarkan instruksi Kemenag RI yang akan mengadakan sidang isbat untuk menentukan posisi hilal pada 1 Mei mendatang, dengan menggunakan metode hisab dan rukyat (pengamatan). Sesuai dengan prosedur yang ditetapkan pemerintah, Kemenag Lamongan juga melakukan pengamatan hilal, serta sidang isbat pada 1 Mei.
”Kami akan menyelenggarakan pengamatan hilal di Tanjung Kodok, sama seperti pengamatan untuk awal Ramadhan lalu. Pengamatan dilakukan bersama dengan organisasi masyarakat,” tutur Kasi Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kemenag Kabupaten Lamongan Khoirul Anam.
Kemenag RI telah mengumumkan pemgamatan melalui metode hisab (perhitungan), posisi hilal bulan Syawal sudah memenuhi kriteria Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS). Yakni sama dengan atau melebihi 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.
”Posisi hilal yang diperkirakan melalui metode hisab sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan. Hisab ini cukup akurat, sehingga tinggal melakukan pengamatan langsung,” ucap Anam.
Perhitungan dilakukan dengan dua patokan yang berbeda. Dia menjelaskan, hisab hilal dilakukan berdasarkan posisi toposentris (terlihat) dan posisi geosentris (hakiki). ”Secara geosentris, hampir semua daerah melaporkan terpenuhinya syarat posisi hilal. Sedangkan secara toposentris, posisi hilal di sebagian daerah belum memenuhi kriteria elongasi yang ditetapkan,” terang Anam.
Anam mewanti-wanti, hasil perhitungan hisab belum tentu bisa dijadikan dasar pasti untuk menentukan datangnya Hari Raya Idul Fitri. Menurut dia, hasil hisab ini hanya berfungsi sebagai patokan saja. Sehingga, tetap diperlukan pengamatan hilal sebagai pembuktian, dengan hasil laporan pengamatan, yang nantinya dikumpulkan dari berbagai tempat.
“Jika terjadi cuaca buruk, maka sidang isbat tetap dilakukan untuk menentukan terlihatnya hilal. Misal nanti hilal dilaporkan tidak terlihat di berbagai daerah, maka dilakukan istiqmal (pembulatan), yang berarti Bulan Ramadan digenapkan dengan ditambah satu hari,” imbuh Anam.
Sebagaimana yang diberitakan sebelumnya, hasil pengamatan hilal pada awal Ramadan lalu menyatakan hilal tidak terlihat, sehingga bulan Syaban ditambah satu hari. ”Saya berharap semoga hilal terlihat kali ini, berhubung posisi hilal telah memenuhi kriteria yang ada,” terang Anam. (edo/ind)