- Advertisement -
LAMONGAN, Radar Lamongan – Dinas Kesehatan (Dinkes) Lamongan mendata ada 50 kasus demam berdarah (DB) selama hampir tiga bulan terakhir. Data itu terdiri atas orang yang periksa ke puskesmas dan kasus di RSUD dr Soegiri.
Kepala Dinkes Lamongan dr Taufik Hidayat menjelaskan, secara kumulatif tahun lalu terdapat 416 kasus dan seorang di antaranya meninggal. Menurut dia, penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegepty ini harus diwaspadai persebarannya. “Biasanya kalau di satu tempat ada yang terkena DB, risiko untuk menular ke tempat lain cukup tinggi apabila tidak dilakukan pencegahan secepatnya,” jelasnya.
Dia menuturkan, kemunculan kasus dalam tiga bulan ini cukup banyak, meski dibanding periode sama tahun lalu terjadi penurunan. Setiap kasus yang ditemukan, bisa disembuhkan.
- Advertisement -
Dia menambahkan, kasus dengue shock syndrome (DSS) tetap ada, tapi tidak banyak. Kasus DSS merupakan infeksi dengue yang menyebabkan shock. Biasanya DSS ini ditandai dengan kurang cairan dan aliran sirkulasi darah ke seluruh jaringan tubuh turun. Terjadi kekurangan oksigen menyebabkan kejang yang bisa berujung kematian.
Sub Koordinator Hukormas RSUD dr R Soegiri Lamongan, Tadi, menuturkan, di instansinya ada DBD 35 kasus DBD, 2 kasus DD, tersangka DBD 1 kasus, dan DSS 2 kasus. Semuanya sudah mendapatkan penanganan sesuai keluhan. “Kalau DB ini biasanya tren akan naik selama musim penghujan sehingga antisipasi dan pencegahan harus rutin dilakukan,” tuturnya. (rka/yan)
LAMONGAN, Radar Lamongan – Dinas Kesehatan (Dinkes) Lamongan mendata ada 50 kasus demam berdarah (DB) selama hampir tiga bulan terakhir. Data itu terdiri atas orang yang periksa ke puskesmas dan kasus di RSUD dr Soegiri.
Kepala Dinkes Lamongan dr Taufik Hidayat menjelaskan, secara kumulatif tahun lalu terdapat 416 kasus dan seorang di antaranya meninggal. Menurut dia, penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk aedes aegepty ini harus diwaspadai persebarannya. “Biasanya kalau di satu tempat ada yang terkena DB, risiko untuk menular ke tempat lain cukup tinggi apabila tidak dilakukan pencegahan secepatnya,” jelasnya.
Dia menuturkan, kemunculan kasus dalam tiga bulan ini cukup banyak, meski dibanding periode sama tahun lalu terjadi penurunan. Setiap kasus yang ditemukan, bisa disembuhkan.
- Advertisement -
Dia menambahkan, kasus dengue shock syndrome (DSS) tetap ada, tapi tidak banyak. Kasus DSS merupakan infeksi dengue yang menyebabkan shock. Biasanya DSS ini ditandai dengan kurang cairan dan aliran sirkulasi darah ke seluruh jaringan tubuh turun. Terjadi kekurangan oksigen menyebabkan kejang yang bisa berujung kematian.
Sub Koordinator Hukormas RSUD dr R Soegiri Lamongan, Tadi, menuturkan, di instansinya ada DBD 35 kasus DBD, 2 kasus DD, tersangka DBD 1 kasus, dan DSS 2 kasus. Semuanya sudah mendapatkan penanganan sesuai keluhan. “Kalau DB ini biasanya tren akan naik selama musim penghujan sehingga antisipasi dan pencegahan harus rutin dilakukan,” tuturnya. (rka/yan)