LAMONGAN, Radar Lamongan – Tidak sulit mencari rumah Azam Wismandra di Gang Jambu, Kelurahan Sukorejo, Kecamatan/ Kabupaten Lamongan. Di depan rumahnya dipenuhi sangkar berisi burung mozambik, murai batu, kenari, cucak hijau, sogon, dan kolibri ninja. Namun, burung mozambik yang cukup menarik perhatian.
Kini, Azam juga sedang belajar membudidayakan burung yang habitat aslinya di Benua Afrika tersebut. Menurut dia, kini cukup minim peternak yang memdudiyakan burung dengan nama latin serinus mozambicus  tersebut. Sebab burung mozambik dari luar negeri. Tantangan untuk membudidayakannya cukup besar.
Â
‘’Salah satunya dengan cuaca, dimana asalnya dari Afrika yang cuacanya panas, tapi di sini cuacanya dingin saat musim hujan,’’ tutur Azam kepada Jawa Pos Radar Lamongan, kemarin (17/3).
Â
Azam mengaku baru merawat burung mozambik selama lima bulan ini. Sedangkan, burung ini hampir mirip dengan kenari, yakni pemakan biji-bijian. Burung mozambik juga memakan sayur-sayuran. Azam biasanya memberikannya makan daun selada. Sehingga, kandang burung mozambik tak begitu berbau.
Â
‘’Betina (burung mozambik, Red) memiliki tubuh lebih kecil dan corak warna di dada lebih cerah dibandingkan yang jantan,’’ terangnya.
Â
Sedangkan, harga satu pasang burung mozambik sekitar Rp 1,9 juta. Harga burung bisa terkerek jika berhasil menang pada perlombaan. Namun, perlombaan burung mozambik masih jarang. Hanya di sejumlah kota besar seperti Surabaya, Malang, dan Jakarta.
‘’Kebanyakan burung ini digunakan untuk master burung murai batu, karena suaranya yang identik dan memiliki rol panjang,’’ pungkasnya. (mal/ind)
