25.2 C
Bojonegoro
Thursday, June 1, 2023

Mayoritas Tampungan Air di Bawah 50 Persen

- Advertisement -

LAMONGAN, Radar Lamongan – Intensitas hujan yang belum merata khususnya di wilayah selatan, berpengaruh terhadap volume tampungan air di Lamongan. Dinas Pekerjaan Umum Sumberdaya Air (PU SDA) Lamongan memastikan debit air mayoritas waduk dan rawa belum maksimal terisi.

 

Kepala Dinas PU SDA Lamongan melalui Kabid Operasi dan Pemeliharaan Saikhu Rohman mengatakan, debit sudah mulai terisi tapi belum penuh. Menurut dia, beberapa sudah ada yang di atas 50 persen. Meski begitu, mayoritas waduk masih di bawah 50 persen, karena intensitas hujan yang tidak merata.

 

Misalnya Waduk Gempol di Kecamatan Kembangbahu kapasitasnya 1,5 juta meter kubik, kini baru terisi 40 persen. Selain itu, Waduk Lopang di Kecamatan Kembangbahu kapasitasnya 241 ribu meter kubik, kini sudah terisi 94 persen.

- Advertisement -

 

‘’Kalau debit ini tergantung kapasitas waduk dan rawa, semakin besar kapasitasnya maka untuk penuh juga lama prosesnya,” tuturnya kepada Jawa Pos Radar Lamongan, kemarin (16/1).

 

Dia menjelaskan, kapasitas waduk dan rawa tidak bisa seratus persen karena mengalami sedimentasi. Hanya sebagian yang sudah dikeruk, sehingga bisa berfungsi normal.

 

Menurut dia, program normalisasi waduk dan rawa yang menjadi kewenangan kabupaten terus dilakukan. Lokasi dan kedalaman menyesuaikan kebutuhan. Namun, setiap tahun program normalisasi terus berlanjut, tidak hanya pengerukan juga perbaikan salurannya.

 

‘’Rawa Cungkup tahun lalu sudah dinormalisasi sekarang bisa berfungsi normal dengan kapasitas hampir 5 juta meter kubik,” imbuhnya.

 

Dia menuturkan, beberapa masih perlu dikembalikan fungsinya. Sebab, untuk rawa dan waduk masih banyak yang dimanfaatkan sebagai tambak dan pertanian. Misalnya Rawa Sekaran ini dimanfaatkan untuk tambak, kemudian Rawa Cungkup dan Bulu ketika kemarau, dimanfaatkan untuk tanam semangka.

 

Dia mengakui, untuk pemanfaatan rawa dan waduk sebagai penunjang kebutuhan pribadi sebenarnya tidak diperbolehkan. Karena itu, pihaknya melalui UPT bekerjasama dengan provinsi berusaha menyampaikan ke masyarakat agar tidak memanfaatkan untuk pertanian. Karena secara fungsi akan terjadi penurunan. Sementara cadangan air ini sangat dibutuhkan ketika musim kemarau.

 

‘’Kami memohon kesadaran untuk menjaga ketersediaan air selama musim kemarau,” terangnya. (rka/ind)

LAMONGAN, Radar Lamongan – Intensitas hujan yang belum merata khususnya di wilayah selatan, berpengaruh terhadap volume tampungan air di Lamongan. Dinas Pekerjaan Umum Sumberdaya Air (PU SDA) Lamongan memastikan debit air mayoritas waduk dan rawa belum maksimal terisi.

 

Kepala Dinas PU SDA Lamongan melalui Kabid Operasi dan Pemeliharaan Saikhu Rohman mengatakan, debit sudah mulai terisi tapi belum penuh. Menurut dia, beberapa sudah ada yang di atas 50 persen. Meski begitu, mayoritas waduk masih di bawah 50 persen, karena intensitas hujan yang tidak merata.

 

Misalnya Waduk Gempol di Kecamatan Kembangbahu kapasitasnya 1,5 juta meter kubik, kini baru terisi 40 persen. Selain itu, Waduk Lopang di Kecamatan Kembangbahu kapasitasnya 241 ribu meter kubik, kini sudah terisi 94 persen.

- Advertisement -

 

‘’Kalau debit ini tergantung kapasitas waduk dan rawa, semakin besar kapasitasnya maka untuk penuh juga lama prosesnya,” tuturnya kepada Jawa Pos Radar Lamongan, kemarin (16/1).

 

Dia menjelaskan, kapasitas waduk dan rawa tidak bisa seratus persen karena mengalami sedimentasi. Hanya sebagian yang sudah dikeruk, sehingga bisa berfungsi normal.

 

Menurut dia, program normalisasi waduk dan rawa yang menjadi kewenangan kabupaten terus dilakukan. Lokasi dan kedalaman menyesuaikan kebutuhan. Namun, setiap tahun program normalisasi terus berlanjut, tidak hanya pengerukan juga perbaikan salurannya.

 

‘’Rawa Cungkup tahun lalu sudah dinormalisasi sekarang bisa berfungsi normal dengan kapasitas hampir 5 juta meter kubik,” imbuhnya.

 

Dia menuturkan, beberapa masih perlu dikembalikan fungsinya. Sebab, untuk rawa dan waduk masih banyak yang dimanfaatkan sebagai tambak dan pertanian. Misalnya Rawa Sekaran ini dimanfaatkan untuk tambak, kemudian Rawa Cungkup dan Bulu ketika kemarau, dimanfaatkan untuk tanam semangka.

 

Dia mengakui, untuk pemanfaatan rawa dan waduk sebagai penunjang kebutuhan pribadi sebenarnya tidak diperbolehkan. Karena itu, pihaknya melalui UPT bekerjasama dengan provinsi berusaha menyampaikan ke masyarakat agar tidak memanfaatkan untuk pertanian. Karena secara fungsi akan terjadi penurunan. Sementara cadangan air ini sangat dibutuhkan ketika musim kemarau.

 

‘’Kami memohon kesadaran untuk menjaga ketersediaan air selama musim kemarau,” terangnya. (rka/ind)

Artikel Terkait

Most Read

Artikel Terbaru


/