LAMONGAN, Radar Lamongan – Sebanyak empat sapi terindikasi terserang penyakit lumpy skin disease (LSD). Namun, setelah diuji laboratorium sebanyak dua kali, hasilnya keempat sapi negatif LSD. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Lamongan Moch. Wahyudi membenarkan, ternak sudah menjalani dua kali uji laboratorium dan hasilnya negatif.
Dia menjelaskan, empat ternak di Kecamatan Kembangbahu ini memiliki gejala hampir sama dengan LSD. Kemudian ternak diisolasi sesuai prosedur tetap (protap) kesehatan dan diambil sampel uji lab.
‘’Karena hasil lab tersebut negatif, berarti ternak ini diindikasi terkena penyakit parasit kulit (ektoparasit),” tutur Wahyudi kepada Jawa Pos Radar Lamongan, kemarin (15/3).
Meski begitu, pihak terkait tetap memberikan kewaspadaan. Guna meminimalisasi penularan, sudah dilakukan isolasi. Dia menilai, ternak tersebut bukan ditulari, karena hasil laboratnya negatif. Sebab, empat ternak ini berasal dari kandang yang berbeda.
‘’Hasil laboratnya masih terus dikembangkan, untuk memastikan penyakit tersebut tidak menular,” imbuhnya.
Saat ini, lanjut dia, ternak masih menjalani isolasi. Kemudian ternak juga diberikan obat sesuai gejala dan dilakukan pengamatan selama 14 hari ke depan. Tujuannya untuk memastikan ternak tidak terkena penyakit LSD. Karena gejala yang muncul hampir sama, yakni gejala demam tiga hari. Serta lepuh cacar awal keluar dan menyebar dengan cepat dalam waktu 7 hari.
Kemudian ternak tidak mau makan dan kondisinya terus melemah, dan biasanya akan melewati masa kritis setelah 10 hari. ‘’Sementara masih dipantau meski hasilnya negatif sambil menunggu penyembuhan penyakitnya,” katanya.
Wahyudi menuturkan, penyakit LSD ini sudah dijumpai di beberapa kabupaten. Sehingga, dia berharap, kesadaran masyarakat meningkat untuk melakukan pencegahan. Sebab, penyakit ini sangat cepat penularannya, meski dengan angka kematian rendah.
‘’Bahkan, untuk ternak yang terindikasi LSD, biasanya memiliki kekebalan seumur hidup,’’ terangnya. (rka/ind)