24.7 C
Bojonegoro
Saturday, June 3, 2023

Penghujan, Produksi Petani Garam di Lamongan Tersendat

- Advertisement -

LAMONGAN, Radar Lamongan – Kemarau ini seharusnya menjadi ladang bagi petani garam untuk mendongkrak produksi. Namun kondisi kemarau basah justru di luar prediksi.  Intensitas hujan yang tinggi membuat sejumlah petani garam kesulitan produksi.

 

Salah satu petani garam di Kecamatan Brondong Rahmanu mengatakan, kondisi cuaca berpengaruh pada produksi dan kualitas garam. Padahal, petani menginginkan kualitas super, agar bisa masuk pasar industri.

 

Menurut dia, petani tidak bisa memproduksi selama hujan. Kecuali yang menggunakan sistim prisma. Namun, belum semua petani garam belum memiliki alat yang memadai tersebut. Karena membutuhkan biaya yang besar.

- Advertisement -

 

‘’Kalau menggunakan alat bisa produksi sepanjang tahun, meski hujan deras. Kalau manual pasti menunggu musim kemarau, supaya cadangan air tuanya banyak,” imbuhnya.

 

Sementara itu, petani garam sistim prisma Arifin mengatakan, untuk produksi garam masih lancar. Namun, diakuinya, awal April terjadi banjir besar. Hal itu menghambat panen garam. Akibatnya hingga bulan ini produksi garam menggunakan sistim prisma hanya 20 ton. Jika tidak ada kendala, awal Juli bisa produksi bisa hingga 50 ton.

 

Arifin menjelaskan, ada perbedaan antara garam prisma kualitas industri dengan rumahan. Garam kualitas industri lebih mahal yakni Rp 1.200 per kilogram (kg). Sedangkan, garam biasa hanya Rp 1.000 per kg.

 

‘’Sekarang karena biaya produksi tinggi, sehingga harga jual mengikuti,’’ terangnya. (rka/ind)

LAMONGAN, Radar Lamongan – Kemarau ini seharusnya menjadi ladang bagi petani garam untuk mendongkrak produksi. Namun kondisi kemarau basah justru di luar prediksi.  Intensitas hujan yang tinggi membuat sejumlah petani garam kesulitan produksi.

 

Salah satu petani garam di Kecamatan Brondong Rahmanu mengatakan, kondisi cuaca berpengaruh pada produksi dan kualitas garam. Padahal, petani menginginkan kualitas super, agar bisa masuk pasar industri.

 

Menurut dia, petani tidak bisa memproduksi selama hujan. Kecuali yang menggunakan sistim prisma. Namun, belum semua petani garam belum memiliki alat yang memadai tersebut. Karena membutuhkan biaya yang besar.

- Advertisement -

 

‘’Kalau menggunakan alat bisa produksi sepanjang tahun, meski hujan deras. Kalau manual pasti menunggu musim kemarau, supaya cadangan air tuanya banyak,” imbuhnya.

 

Sementara itu, petani garam sistim prisma Arifin mengatakan, untuk produksi garam masih lancar. Namun, diakuinya, awal April terjadi banjir besar. Hal itu menghambat panen garam. Akibatnya hingga bulan ini produksi garam menggunakan sistim prisma hanya 20 ton. Jika tidak ada kendala, awal Juli bisa produksi bisa hingga 50 ton.

 

Arifin menjelaskan, ada perbedaan antara garam prisma kualitas industri dengan rumahan. Garam kualitas industri lebih mahal yakni Rp 1.200 per kilogram (kg). Sedangkan, garam biasa hanya Rp 1.000 per kg.

 

‘’Sekarang karena biaya produksi tinggi, sehingga harga jual mengikuti,’’ terangnya. (rka/ind)

Artikel Terkait

Most Read

Rancang Dua Opsi

Tiga Fraksi Kirim Susunan Hari Ini

Artikel Terbaru

Lebih Suka Belajar Bersama

Terus Bersinergi dengan Media


/